Modul 2 Fisika Pemanasan Global Dan Efek Rumah Kaca
Modul 2 Fisika Pemanasan Global Dan Efek Rumah Kaca
Modul 2 Fisika Pemanasan Global Dan Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824. Efek
rumah kaca merupakan proses pemanasan dari permukaan suatu benda langit atau
benda angkasa yang disebabkan oleh komposisi serta keadaan atmosfernya. Beda-
benda langit yang dimaksudkan terutama adalah planet maupun satelit. Sebenarnya
efek rumah kaca hampir ada di berbagai planet di tata surya seperti Mars, Venus,
dan benda-benda langit lainnya.
Efek rumah kaca tentu saja mempunyai kaitan yang sangat erat dengan gas rumah
kaca. Hal ini lantaran gas rumah kaca itu merupakan sekumpulan gas-gas pada
atmosfer yang menjadi sebuah adanya efek rumah kaca. Gas-gas yang disebut gas
rumah kaca bisa muncul secara alami di lingkungan Bumi, namun bisa juga timbul
akibat aktifitas manusia
Pemanasan global dapat disebabkan oleh efek rumah kaca, efek umpan balik, dan
penggundulan hutan. Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari
matahari. Sebagian energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi tiba dipermukaan Bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Penyebab pemanasan global juga
dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air
yang menguap ke atmosfir. Maraknya kasus penggundulan hutan merupakan salah
satu penyebab pemanasan global saat ini. Penggundulan hutan yang mengurangi
penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar
20% dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis sehingga
mempengaruhi kesuburan tanah.
Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-
daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-
daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat.
Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Kesehatan manusia
Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang
terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan
pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah
ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen
penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk
pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika
temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar
seperti malaria, demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan
encephalitis . Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan
penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan,
spora mold dan serbuk sari
Dalam ruang lingkup global, usaha-usaha tersebut harus dilakukan oleh negara-
negara maju dan negara-negara berkembang secara bertahap secara
berkesinambungan. Yang dapat kita lakukan untuk membantu menekan
pemanasan global, antara lain: memakai listrik seperlunya, memilih alat-alat
elektronik hemat energi, menanam pohon untuk menyerap karbon, dan menghemat
pemakaian BBM. Usaha ini memang terlihat sederhana. Namun, jika dilakukan
secara global, maka bukan mustahil dampak negatif pemanasan global dapat
teratasi seluruhnya.
Hal yang terpenting adalah dibutuhkan kesadaran dan kearifan dari seluruh
manusia di muka bumi untuk menyelamatkan bumi itu sendiri. Tanpa dua hal
tersebut, harapan untuk menempati lingkungan yang aman dan nyaman sulit kita
wujudkan. Sifat ini harus ditanamkan pada pelajar sebagai generasi penerus yang
menentukan kemana arah bumi di masa depan, kesejahteraan atau kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA
Anny Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII BSE. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Chay Asdak. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah mada University Press.
Saktiyono. 2006. IPA Fisika 1 SMP dan MTs untuk kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Sugiyarto, Teguh dkk. 2008. IPA untuk SMP/MTs Kelas VII. Pusat Perbukuan
Depdiknas.