Modul 2 Fisika Pemanasan Global Dan Efek Rumah Kaca

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

MODUL II

PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA

A. Pengertian Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824. Efek
rumah kaca merupakan proses pemanasan dari permukaan suatu benda langit atau
benda angkasa yang disebabkan oleh komposisi serta keadaan atmosfernya. Beda-
benda langit yang dimaksudkan terutama adalah planet maupun satelit. Sebenarnya
efek rumah kaca hampir ada di berbagai planet di tata surya seperti Mars, Venus,
dan benda-benda langit lainnya.

Efek rumah kaca tentu saja mempunyai kaitan yang sangat erat dengan gas rumah
kaca. Hal ini lantaran gas rumah kaca itu merupakan sekumpulan gas-gas pada
atmosfer yang menjadi sebuah adanya efek rumah kaca. Gas-gas yang disebut gas
rumah kaca bisa muncul secara alami di lingkungan Bumi, namun bisa juga timbul
akibat aktifitas manusia

B. Penyebab Pemanasan Global

Pemanasan global dapat disebabkan oleh efek rumah kaca, efek umpan balik, dan
penggundulan hutan. Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari
matahari. Sebagian energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi tiba dipermukaan Bumi, ia berubah dari cahaya
menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Penyebab pemanasan global juga
dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air
yang menguap ke atmosfir. Maraknya kasus penggundulan hutan merupakan salah
satu penyebab pemanasan global saat ini. Penggundulan hutan yang mengurangi
penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar
20% dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis sehingga
mempengaruhi kesuburan tanah.

C. Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan


daratan Bumi yang disebabkan oleh aktifitas manusia terutama aktifitas
pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam), yang
melepas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas
rumah kaca ke atmosfer. Atmosfer semakin penuh dengan gas-gas rumah kaca ini
dan ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak pantulan panas
Matahari dari Bumi. Dampak pemanasan gelobal akan mempengaruhi :

Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-
daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-
daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat.

Tinggi muka laut

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,


sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan
IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad
ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah


pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda , 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai.

Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari
gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim
dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak
bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Hewan dan tumbuhan

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang
terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan
pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah
ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen
penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk
pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika
temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar
seperti malaria, demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan
encephalitis . Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan
penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan,
spora mold dan serbuk sari

D. Solusi bagi Pemanasan Global

Melihat begitu banyaknya dampak-dampak negatif serta kerugian yang


ditimbulkan, harus diambil tindakan guna mengurangi/mengatasi pemanasan
global. Beberapa solusi yang ditawarkan adalah sebagai berikut.

1. Menghilangkan karbon. Banyak cara yang dapat dilakukan seperti menanam


pepohonan, menggunakan bahan bakar rendah emisi, menyuntikkan gas
karbon dioksida ke sumur-sumur minyak, perdagangan karbon, dan lain-
lain.
2. Meratifikasi Protokol Kyoto. Protolol Kyoto merupakan sebuah persetujuan
internasional mengenai pemanasan global. Perjanjian ini bertujuan untuk
mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca - karbon dioksida,
metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC - yang dihitung
sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12.
3. Melakukan konservasi hutan.
4. Melakukan reboisasi pada 10 negara yang memiliki hutan hujan tropis.
5. Mengganti/mencari alternatif energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus
menghemat pemakainnya. Salah satu alternatifnya adalah mengembangkan
bioenergi melalui tanaman jarak.

Dalam ruang lingkup global, usaha-usaha tersebut harus dilakukan oleh negara-
negara maju dan negara-negara berkembang secara bertahap secara
berkesinambungan. Yang dapat kita lakukan untuk membantu menekan
pemanasan global, antara lain: memakai listrik seperlunya, memilih alat-alat
elektronik hemat energi, menanam pohon untuk menyerap karbon, dan menghemat
pemakaian BBM. Usaha ini memang terlihat sederhana. Namun, jika dilakukan
secara global, maka bukan mustahil dampak negatif pemanasan global dapat
teratasi seluruhnya.

Hal yang terpenting adalah dibutuhkan kesadaran dan kearifan dari seluruh
manusia di muka bumi untuk menyelamatkan bumi itu sendiri. Tanpa dua hal
tersebut, harapan untuk menempati lingkungan yang aman dan nyaman sulit kita
wujudkan. Sifat ini harus ditanamkan pada pelajar sebagai generasi penerus yang
menentukan kemana arah bumi di masa depan, kesejahteraan atau kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA

Anny Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII BSE. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Chay Asdak. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah mada University Press.

Saktiyono. 2006. IPA Fisika 1 SMP dan MTs untuk kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Sugiyarto, Teguh dkk. 2008. IPA untuk SMP/MTs Kelas VII. Pusat Perbukuan
Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai