Panas Global
Panas Global
Panas Global
Karbon dioksida ini berasal dari berbagai proses aktivitas manusia, mulai dari proses pembakaran pada mesin kendaraan, mesin
pabrik dan industri, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dan lain-lain. Polusi karbon dioksida ini merupakan penyumbang
terbesar penyebab global warming yang terjadi saat ini. Hal ini semakin memburuk karena semakin tingginya pengguna
kendaraan bermotor di berbagai belahan dunia.
Ada banyak produk dan kebutuhan manusia yang menggunakan bahan kimia, salah satunya adalah pupuk tanaman. Walaupun
dianggap berbahaya, namun penggunaan pupuk kimia tetap dilakukan hingga saat ini. Pupuk kimia mengandung gas nitrogen
oksida yang kapasitasnya 300 kali lebih panas dibandingkan dengan karbon dioksida.
Aktivitas penebangan dan pembakaran hutan secara liar dan tak terkendali juga menjadi penyebab terbesar terjadinya global
warming. Seperti kita tahu, pohon-pohon di hutan dibutuhkan untuk menyumbang oksigen bagi mahluk hidup di bumi.
Penebangan dan pembakaran pohon-pohon tersebut selain menyebabkan polusi udara, juga mengakibatkan hilangnya sebagian
‘paru-paru’ dunia untuk mendaur ulang karbon dioksida.
dipantulkan keluar atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di dalamnya.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah kaca (Gealson,2007).
Contoh lain yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah, ketika kita berada dalam mobil dengan kaca tertutup
yang sedang parkir di bawah terik matahari. Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar
melalui kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di dalam ruang lebih tinggi (panas)
daripada di luarnya. Perhatikan gambar berikut (Gealson,2007).
Matahari merupakan sumber energi utama dari setiap sumber energi yang terdapat di bumi. Energi matahari sebagian terbesar
dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Energi ini mengenai permukaan bumi dan berubah dari
cahaya menjadi panas. Permukaan bumi kemudian menyerap sebagian panas sehingga menghangatkan bumi, dan sebagian
dipantulkannya kembali ke luar angkasa. Menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, dan metana di
atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi infra merah tetap terperangkap di atmosfer bumi,
kemudian gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Kondisi ini dapat terjadi berulang sehingga mengakibatkan suhu
rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya pemanasan global (Gealson,2007).
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca pada atap rumah kaca. Makin meningkat konsentrasi gas-gas ini di atmosfer,
makin besar pula efek panas yang terperangkap di bawahnya.
5. Efek balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik yang dihasilkannya, seperti pada penguapan air.
Pada awalnya pemanasan akan lebih meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Keadaan ini menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat
gas CO2 itu sendiri. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air absolut di udara, namun kelembaban relatif
udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Karena usia CO 2 yang panjang di atmosfer
maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan (Soden and Held, 2005).
6. Variasi matahari
Pemanasan global dapat pula diakibatkan oleh variasi matahari. Suatu hipotesis menyatakan bahwa variasi dari Matahari yang
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini (Marsh and Henrik, 2000).
Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan
memanaskan stratosfer, sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling
tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat
ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun
1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950 (Hegerl, et al. 2007, Ammann, et
al, 2007).
1. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut
secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang
hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini
berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi.
2. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi.
Petani tidak dapat memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Hal ini berdampak
pada masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat
tekanan tuntutan hidup.
3. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air
dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan
berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun
memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.
4. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan produktivitas primer sehingga
sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah
disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien dan migrasi ikan).
5. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu menyebabkan meningkatnya
frekuensi dan intensitas banjir.
Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada puncaknya.
Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan terjadinya perubahan arus laut. Hal ini
dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.
Lapisan Ozon Menipis
Lapisan ozon merupakan lapisan yang menyelimuti bumi sehingga tidak terkena radiasi langsung dari sinar matahari. Global
warming mengakibatkan lapisan ozon ini semakin menipis bahkan rusak. Dampak dari kerusakan lapisan ozon ini adalah sinar
matahari yang langsung mengenai kulit manusia. Sinar ultraviolet yang langsung mengenai kulit dapat mengakibatkan penyakit
kulit hingga kanker kulit.
Hujan Asam
Asap hasil pembakaran batubara dan minyak akan menghasilkan emisi SO dan nitrogen oksida. Ketika kedua gas tersebut
bereaksi di udara maka akan menghasilkan asam nitrat, asam sulfat. Inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya hujan
asam.
Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu
Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan Philipina. Dikhawatirkan merusak
kehidupan masyarakat lokal yang berada di sekitarnya.
Keterpaduan
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam serta penegakan hukumnya.
Upaya ini harus dilakukan secara komprehensif dan lintas sektor. Misalnya, untuk mengatasi emisi gas- gas rumah kaca akibat
peningkatan jumlah kendaraan secara bersama dengan daerah sekitar. Demikian halnya mengatasi banjir misalnya, tidak dapat
diatasi dengan perbaikan fasilitas lingkungan dan membina kesadaran penduduk kota, tetapi secara menyeluruh dengan
masyarakat di wilayah lain (hulu dan DAS) yang memberi kontribusi terhadap bencana banjir.
Etika lingkungan
Selama masyarakat masih menghormati budaya tradisional yang memiliki etika dan nilai moral terhadap lingkungan alamnya,
maka konservasi sumber daya alam dan lingkungan menjadi hal yang mutlak. Etika lingkungan akan berdaya guna jika muncul
dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pemaparan artikel ini penulis berhadap masyarakat dapat melakukan upaya pencegahan dan pengurangan terhadap
dampak akibat pemanasan global. Hal yang termudah adalah dengan melatih diri sendiri untuk peduli pada ingkungan sekitar
kita seperti, tidak membakar sampah (sampah hendaknya ditimbun), mengurangi pemakaian AC, menggunakan produk ramah
lingkungan serta menjalankan pola hidup sehat dan hemat.
Sosialisasi terkait Pemanasan Global ini juga merupakan salah satu tugas penulis terkait tugas analisa E-Book “Enviromental
Sosiology” untuk Mata Kuliah Gender dan Sosial Lingkungan pada Program Magister (S-2) Ilmu Lingkungan Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.