Lompat ke isi

Perbedaan biru dan hijau dalam berbagai bahasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kata "hijau" di bahasa-bahasa Eropa modern mengacu pada spektrum 520–570 nm, namun banyak bahasa lama dan bahasa non-Eropa yang mengacu pada spektrum lain seperti ca. 450–530 nm ("biru/hijau") atau ca. 530–590 nm ("hijau/kuning")

Banyak bahasa yang tidak membedakan warna-warna tertentu yang ada di spektrum tampak dan tidak memiliki kata terpisah untuk biru dan hijau. Bahasa-bahasa tersebut menggunakan satu istilah tunggal untuk menyebut keduanya (di dunia linguistik, istilah tunggal ini kadang disebut grue; green + blue).

Definisi warna "biru" dan "hijau" sulit ditentukan apabila si penutur bahasa tidak dapat membedakan kedua rona tersebut dan memakai kata yang menjelaskan komponen warna lainnya seperti kejenuhan (saturasi) dan kecerahan (luminositas) atau sifat objeknya. Misalnya, dalam satu kasus "biru" dan "hijau" bisa dibedakan, tetapi satu kata akan dipakai untuk menyebut kedua warna ini apabila warna yang dilihat adalah biru tua atau hijau tua. Selain itu, hijau cenderung dikaitkan dengan kuning, sedangkan biru cenderung dikaitkan dengan hitam atau abu-abu.

Menurut studi Brent Berlin dan Paul Kay tahun 1969 yang berjudul Basic Color Terms: Their Universality and Evolution, kata terpisah untuk cokelat, ungu, merah jambu, oranye, dan abu-abu baru muncul ketika sebuah bahasa mampu membedakan hijau dan biru. Dalam penelitian mereka terhadap perkembangan kata warna, kata-kata pertama yang muncul adalah putih/hitam (atau terang/gelap), merah dan hijau/kuning.[1]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]