Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan Dan Corak Dalam Mitra Penafsiran Al-Qur'an
Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan Dan Corak Dalam Mitra Penafsiran Al-Qur'an
Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan Dan Corak Dalam Mitra Penafsiran Al-Qur'an
Abstract. This paper examines the methods, approaches and styles of interpretation of the Koran.
The method used in this paper is descriptive-qualitative method. The purpose of this paper is to find
out the meanings of the methods, approaches and patterns when doing exegetical research, to explore
the methods, approaches and patterns in the interpretation of the Koran. From the discussion in this
paper, it can be concluded that: first, the method of interpretation is a method, steps or framework
that must be taken when interpreting the Koran, so that in this case there are several methods of
interpreting the Koran, namely; the methods of interpretation of tahlili, ijmali, muqaran, maudhu'iy
and hermeneutics. Second; the interpretive approach is the point of view of the interpretation process
and from that approach it will produce a color, so that the approach and style of interpretation are
interrelated between the two. The approaches to interpretation are textual, contextual, linguistic,
historical and socio-historical approaches. Third; Tafsir style is a nuance, domination, color or
tendency of thoughts or ideas that dominate a work of interpretation and which is included in the
interpretation of the Koran are philosophical, fiqhi, sufi, 'ilmi, adabi al-ijtima'iy features.
Keyword: Interpretation of al-Qur’an, Methods, Approaches and Interpretation Style of the
Qur'an
Abstrak. Tulisan ini mengkaji tentang metode, pendekatan dan corak tafsir Alquran.
Adapun metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif-kualitatif.
Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui makna-makna dari metode, pendekatan
dan corak ketika hendak melakukan penelitian tafsir, untuk mengupas tentang
metode, pendekatan dan corak dalam tafsir Alquran. Dari pembahasan dalam tulisan
ini, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: pertama, metode tafsir adalah suatu cara,
langkah-langkah ataupun kerangka yang harus ditempuh ketika melakukan
penafsiran Alquran, sehingga dalam hal ini terdapat beberapa metode penafsiran
Alquran, yaitu; metode tafsir tahlili, ijmali, muqaran, maudhu’iy dan hermeneutika.
Kedua; pendekatan tafsir adalah sudut pandang dari prosesnya tafsir dan dari
pendekatan itu akan membuahkan corak, sehingga antara pendekatan dan corak
tafsir itu saling keterkaitan antara keduanya. Adapun pendekatan dalam tafsir adalah
pendekatan tekstual, kontekstual, bahasa, historis dan sosio-historis. Ketiga; corak
tafsir adalah suatu nuansa, dominasi, warna ataupun kecenderungan pemikiran atau
ide yang mendominasi suatu karya tafsir dan yang termasuk kepada corak tafsir
Alquran adalah corak falsafi, fiqhi, sufi, ‘ilmi, adabi al-ijtima’iy.
Kata kunci: Tafsir al-Qur’an, Metode, Pendekatan dan Corak Penelitian Tafsir
224
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang mu’jiz, dipahami oleh
Jibril kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa
Arab, ditulis dalam mushaf, mendapat pahala apabila membacanya,
diriwayatkan secara mutawwatir, diawali dengan surah al-Fatihah dan diakhiri
dengan surah an-Nas. Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman, pegangan
dan petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
(Rusydi, 1999:15). Al-Qur’an banyak mengemukakan pokok-pokok, prinsip-
prinsip serta aturan dalam kehidupan, baik hubungan antara manusia dengan
sang khaliq-Nya maupun hubungan antara sesama manusia. Kandungan dan
isi dari Al-Qur’an tersebut dapat dijadikan bukti bahwa Al-Qur’an adalah
kitab yang berwawasan luas, karena ayat-ayatnya menghimpun seluruh
persoalan yang ada di alam semesta ini. (al-Qardhawi, 1999:14).
Sebagai sumber pokok ajaran Islam, Al-Qur’an tiada henti-hentinya
dikaji secara terus menerus, sehingga muncul ungkapan bahwa mempelajari
Al-Qur’an adalah sebuah kewajiban. (Shihab, 1997:33). Kemudian
menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, maka perlu pemahaman atau
penjelasan yang benar, tetapi untuk mencapai pemahaman yang benar itu
tidaklah mudah, sebab diperlukan suatu penafsiran.
Ilmu tafsir ialah ilmu untuk memahami tentang Al-Qur’an al-Karim
yang diturunkan kepada Muhammad dari segala aspek penjelasan maknanya,
pengistinbatan (pengambilan), hukum-hukum, dan hikmah-hikmahnya. (al-
Syuthi, 1978: 222-223). Secara umum Islam berpandangan bahwa kajian
terkait ilmu tafsir merupakan salah satu ilmu yang paling mulia dan paling
baik. Hal ini dapat di pahami dari perintah Allah SWT untuk merenungkan
dan memikirkan kandungan makna-makna al-Qur’an sebagai petunjuk
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun kajian ilmu tafsir berkaitan dengan metode, pendekatan dan
corak merupakan suatu pokok bahasan terpenting untuk mencapaitujuan
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 225
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 226
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 227
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
sekitar 2414 halaman (termasuk 58 halaman sisipan ilmu tafsir pada jilid
terakhir) dan Kitab Adhwa’ al-Bayanfi Idhah al-Qur’an bi al-Qur’an disusun oleh
Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Mukhtar al-Jakani al-Syanqithi dalam
10 jilid dengan 6771 halaman (Suma, 2013: 380).
Kemudian setelah penjelasan mengenai pengertian dan beberapa
kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir tahlili ini, maka metode tafsir
tahlili terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menafsirkan ayat al-
Qur’an. Di antara kelebihan metode ini adalah; (1) metode ini mempunyai
ruang lingkup pembahasan yang luas ketika memahami al-Qur’an; (2) metode
tafsir tahlili juga memuat berbagai ide maupun gagasan dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an.
Adapun kekurangan dari metode tahlili ini adalah: (1) Metode tahlili
membuat petunjuk al-Qur’an bersifat parsial atau terpecah-pecah, sehingga
seakan-akan terlihat bahwa Al-Qur’an memberikan pedoman secara tidak
utuh, tidak mendalam dan tidak pula konsisten sebab penafsiran yang
diberikan pada suatu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-
ayat lain yang sama dengannya. Dengan terjadinya perbedaan tersebut,
disebabkan kurangnya memperhatikan ayat-ayat lain yang mirip atau sama
dengannya. (2) Menggunakan penafsiran secara subjektif, sehingga dapat
memberikan peluang yang luas bagi mufasir untuk menyampaikan ide-ide dan
pemikirannya (Baidan, 2012: 53-57). (3) Masuknya pemikiran israiliyat, dan
biasanya bersifat kisah-kisah ataupun cerita-cerita.
Metode Tafsir Ijmali (Global)
Metode tafsir ijmali adalah memahami dan menjelaskan makna-makna
yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas, umum dan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti maupun gaya bahasa yang
populer digunakan kemudian juga enak ketika membacanya. Sistematikanya
mengikuti urutan surah al-Qur’an sehingga makna-maknanya pun saling
keterkaitan. Kitab-kitab tafsir yang termasuk dalam metode tafsir global, di
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 228
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 229
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 230
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
ada) dan argumen-argumen dari Al-Qur’an , hadis dan fakta sejarah yang bisa
ditemukan. (Baidan, 2012: 152-153).
Metode maudhu’i ini memiliki cakupan yang sangat luas, sama halnya
dengan metode-metode yang lain. Metode ini juga tidak luput dari kelebihan
dan kekurangan. Di antara kelebihan tafsir maudhu’i adalah: (1) Dapat
menjawab tantangan zaman, berarti Penafsiran dengan metode ini mampu
mengatasi perkembangan zaman yang selalu berubah dan berkembang.
Sehingga setiap permasalahan yang muncul dapat dicari sumbernya melalui
metode tafsir tematik. (2) Praktis dan sistematis, maksudnya metode tematik
ini disusun secara praktis dan sistematis dalam memecahkan permasalahan.
Metode ini sangat cocok dengan kehidupan ummat yang memiliki mobilitas
yang sangat tinggi, karena mereka tidak memiliki waktu untuk membaca
kitab-kitab tafsir yang besar. Disamping itu metode ini dapat menghemat
waktu, mengefektifkannya dan mengefesienkannya. (3) Dinamis, maksud dari
metode ini menimbulkan kesan bahwa al-Qur’an selalu mengayomi dan
membimbing ummat. Dengan demikian al-Qur’an selalu aktual dan tidak
ketinggalan zaman. (4) Membuat pemahaman menjadi utuh, sehingga dengan
ditetapkannya judul-judul pembahasan yang akan dikaji, membuat
pembahasan menjadi sempurna dan utuh (Samsurrohman, 2014: 132-133).
Di samping terdapat beberapa kelebihan tafsir maudhu’i, ternyata juga
memiliki beberapa kekurangan, di antara beberapa kekurangannya adalah
dengan memenggal ayat-ayat al-Qur’an, maksudnya adalah metode ini
mengambil satu kasus yang terdapat dalam satu ayat atau lebih yang
mengandung berbagai macam permasalahan, misanya shalat, zakat dan lain
sebagainya. cara ini terkadang dipandang oleh sebagian ulama (tekstualisme)
dengan kurang sopan, namun jika tidak membawa kerusakan atau kesalahan
dalam penafsiran hal ini tidak menjadi masalah, dan membatasi pemahaman
ayat, dengan adanya penetapan judul dalam penafsiran, maka dengan
sendirinya membuat suatu permasalahan jadi terbatas (sesuai dengan topik itu
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 231
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
saja), padahal jika dilihat pada ketentuan al-Qur’an, tidak mungkin ayat-ayat
yang ada padanya mempunyai keterbatasan itu tidak mencakup seluruh
makna yang dimaksud.
Metode Tafsir Muqaran (Perbandingan)
Secara etimologi muqaran berasal dari kata مقارنة-يقارن- قارنberarti
perbandingan (komparatif), menyatukan atau menggandengkan. Metode
tafsir muqaran adalah pertama; membandingkan nash ayat-ayat al-Qur’an yang
memiliki persamaan atau kemiripan redaksi yang beragam dalam dua kasus
atau lebih dan memiliki redaksi yang berbeda pada satu kasus yang sama;
kedua, membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadis Nabi SAW yang
pada lahirnya terlihat bertentangan antara keduanya; ketiga, membandingkan
berbagai pendapat mufasir dalam menafsirkan ayat al-Qur’an (Baidan, 2012:
65).
Kemudian M. Quraish Shihab mengungkapkan bahwa tafsir muqaran
adalah membandingkan ayat-ayat al-Qur’an satu dengan yang lainnya yaitu
ayat-ayat yang memiliki persamaan dan kemiripan redaksi dalam dua kasus
atau masalah yang berbeda atau lebih. Dan yang lainnya itu memiliki redaksi
yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama atau diduga sama, kemudian
membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadis Nabi Muhammad SAW
yang kelihatan bertentangan, dan yang terakhir membandingkan berbagai
pendapat ulama tafsir berkaitan dengan penafsiran al-Qur’an (Rusydi, 1999:
89). Dari penjelasan yang dikemukakan M. Quraish Shihab di atas, bahwa
defenisinya tersebut lebih umum serta mencakup aspek dalam menafsirkan
ayat Al-Qur’an.
Pendapat lain oleh Abd al-Hayy al-Farmawiy (1994: 30), metode
muqaran adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis
oleh sejumlah mufasir. Di mana seorang penafsir menghimpun sejumlah
ayat-ayat al-Qur’an, kemudian ia mengkaji dan meneliti penafsiran sejumlah
mufassir mengenai ayat tersebut melalui kitab-kitab tafsir mereka, apakah
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 232
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
mereka itu penafsir dari generatif salaf maupun khalaf, apakah tafsir bi al-
ma’tsur atau bi al-ra’yi.
Berdasarkan defenisi tafsir muqaran yang telah dikemukakan di atas,
maka dari segi objek bahasan metode tafsir muqaran ini memiliki beberapa
kategori, serta masing-masingnya itu mempunyai langkah-langkah dalam
penerapannya, berikut penjelasannya, yaitu:
Perbandingan ayat Al-Qur’an dengan ayat lain
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam perbandingan ayat
Al-Qur’an dengan ayat lain, yaitu: Menghimpun dan mengumpulkan ayat-
ayat Al-Qur’an yang redaksinya bermiripan kemudian diketahui mana yang
mirip dan yang tidak. Selanjutnya memperbandingkan antara ayat-ayat yang
redaksinya itu mirip, yang membicarakan satu kasus yang sama, atau dua
kasus yang berbeda dalam satu redaksi yang sama. Kemudian menganalisis
terhadap perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi yang mirip,
baik perbedaan mengenai konotasi ayat, maupun redaksinya seperti berbeda
dalam menggunakan kata dan susunannya dalam ayat dan sebagainya.
Terakhir membandingkan antara berbagai pendapat para ulama tafsir tentang
ayat yang dijadikan sebagai objek bahasan.
Perbandingan Ayat Al-Qur’an dengan Hadis
Terkait dengan langkah-langkah yang dapat ditempuh pada
perbandingan ayat al-Qur’an dengan hadis nabi Muhammad SAW yakni;
mengidentifikasi dan menghimpun ayat-ayat yang pada lahirnya tampak
bertentangan dengan hadis-hadis Nabi SAW baik ayat tersebut memiliki
kemiripan redaksi dengan ayat-ayat yang lain ataupun tidak.
Memperbandingkan dan menganalisa pertentangan yang ditemukan di dalam
kedua teks ayat dan hadis tersebut. Setelah itu membandingkan anatara
berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan
hadis tersebut.
Perbandingan Pendapat Ulama Tafsir
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 233
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 234
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 235
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
dalamnya. Kemudian bisa dikatakan dengan suatu cara yang harus ditempuh
seseorang yang hendak memahami terhadap suatu teks, baik secara nyata,
maupun tidak jelas bahkan tersembunyi disebabkan dengan perjalanan
sejarah atau terpengaruhnya kepercayaan (Shihab, 2013: 401). Dalam hal ini
hermeneutika di bagi dalam tiga bagian: Hermeneutika teori, maksudnya
suatu teori yang fokus bahasannya pada metodologi, dan hermeneutika
filsafat adalah suatu penafsiran yang mempunyai proses produksi makna yang
baru bukan reproduksi makna awal, serta hermeneutika kritis, merupakan
aliran yang menolak asumsi-asumsi idealis atau pembahasannya itu terkait
upaya membuka penyebab dalam pemutarbalikan pemahaman.
Hermeneutika juga bisa diartikan sebagai tiga hal, yaitu: pertama,
mengungkapkan pemikiran seseorang dengan kata-kata, menerjemahkan dan
bertindak sebagai penafsir. Kedua, memiliki suatu usaha untuk memalingkan
atau mengalihkan dari suatu bahasa asing yang maknanya itu gelap dan tidak
diketahui ke dalam bahasa lain yang dapat dimengerti dan dipahami oleh
pembaca. Ketiga, pemindahan terhadap ungkapan yang kurang jelas, dan
dirubah kepada bentuk yang lebih jelas. (Umiarso, 2013: 196).
Sejarah Hermeneutika
Hermeneutika merupakan istilah yang familiar di dengar dan tidak
hanya berkembang di dunia barat, tetapi ia meluas dan menembus pada
agama dan budaya. Sehingga hermeneutika ini tidak terlepas dari
pertumbuhan dan perkembangan pemikiran filsafat dan keilmuan lainnya.
Mulanya hermeneutik ini banyak digunakan oleh mereka yang memiliki
hubungan erat dengan kitab suci Injil ketika menafsirkan kehendak Tuhan
kepada manusia. Kemudian kajian terkait dengan hermeneutik ini mulai
berkembang pada abad 17 dan 18. Pada abad 20 pembahasan hermeneutika
ini semakin berkembang. Dan tidak hanya terkait dengan kitab Suci dan teks-
teks klasik saja, melainkan terkait juga dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti
sejarah, filsafat, kesusasteraan, hokum dan lain-lain yang mencakup dalam
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 236
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 237
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Aliran Obyektivis
Maksudnya adalah aliran yang lebih menitikberatkan kepada
pencarian makna asal dari obyek penafsiran. Jadi, penafsiran adalah suatu
upaya mengembalikan apa yang dimaksud oleh pencipta teks. Dalam
pemahaman dan penafsiran aliran ini, para penafsir hanya berusaha
memaparkan atau menjelaskan kembali apa yang dimaksud oleh pengarang
teks. Agar penafsir bisa mencari tahu maksud dari pengarang, maka harus
dilakukan sebuah analisa bahasa teks dan analisa diluar kebahasaan.
Aliran Subyektivis
Aliran subyektivitas adalah sebuah aliran yang lebih menekankan pada
peran pembaca atau penafsir dalam pemaknaan teks. Bias disebut dengan
“reader-cantered hermeneutics”
Aliran Obyektivis-cum-Subyektivis
Aliran Obyektivis-cum-Subyektivis adalah aliran berada di tengah-
tengah, dalam hal pemaknaan terhadap teks yang ditafsirkan, asehingga aliran
ini berusaha mencari tahu kembali makna orisinil/historis dari satu sisi dan
pengembangan makna teks pada masa dimana teks itu ditafsirkan. Atau aliran
ini memberi keseimbangan antara pencarian makna asal teks dan peran bagi
pembaca dalam penafsiran. (Syamsuddin, 2003: 45-50).
Pendekatan dalam Tafsir Al-Qur’an
Pendekatan adalah merupakan sebagai titik keberangkatan dari
prosesnya tafsir. Sebab dengan adanya pendekatan tafsir yang sama bisa saja
muncul corak tafsir yang berbeda-beda (Gusmian, 2003: 247). Kemudian
Abuddin Nata menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan adalah
suatu proses atau cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data
yang dihasilkan dalam penelitian (Nata, 1998: 142). Adapun yang dimaksud
dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat
di dalam suatu bidang ilmu dan selanjutnya digunakan atau diterapkan dalam
memahaminya. Dalam hal ini untuk mengetahui lebih lanjut, penulis akan
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 238
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 239
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Kebencian Argumen Kesetaraan Gender, Tafsir bil Ra’yi dan Tafsir Tematik
Al-Qur’an tentang Hubungan Antar Umat Beragama.
Tafsir tematik terkait Hubungan Antar Umat beragama dalam hal
tertentu bisa dikatakan sebagai model pendekatan kontekstual. Sebagaimana
Syafi’i Ma’rif menjelaskan bahwa buku ini merupakan bentuk kegelisahan
sekaligus sebagai sumbangan bangsa Indonesia ketika menghadapi hubungan
antar umat beragama. Sebab banyak nyawa yang terkorbankan, kehormatan
dan harta benda hilang begitu saja demi menyelamatkan agama.
Secara pengetahuan menyadari bahwa Indonesia adalah sebuah
bangsa yang majemuk. Terhadap perbedaan dan keragaman agama itu
merupakan suatu kenyataan maupun niscaya yang tidak ada penyesalam di
dalamnya. Maka yang harus dibangun saat ini dalam buku ini adalah
kesadaran dari setiap pemeluk agama masing-masing untuk memahami
ajaran-ajaran moral kitab suci agamanya kembali. (Gusmian, 2003: 248 dan
250).
Pendekatan Bahasa (Sastra)
Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab, maka perlu diketahui untuk
memahami isi kandungan al-Qur’an diperlukan pemahaman dan pengetahuan
tentang bahasa Arab. Dan untuk mengkaji sekaligus memahami arti suatu
kata dalam rangkaian redaksi ayat, seseorang untuk terlebih dahulu meneliti
pengertian apa saja yang dikandung maupun terdapat dalam kata tersebut.
Lalu menetapkan arti kata tersebut dengan tepat setelah memperhatikan
segala aspek yang berkaitan dengan ayat tersebut (Shihab, 1997: 105).
Yang dimaksud dari pendekatan bahasa adalah dimana seseorang
yang ingin menafsirkan al-Qur’an dengan pendekatan bahasa harus
mengetahui bahasa yang digunakan al-Qur’an yakni bahasa Arab dengan
mengetahui seluk-beluknya dahulu, baik terkait dengan nahwu, balaghah dan
sastranya. Dengan mengetahui bahasa al-Qur’an, seorang mufasir akan lebih
mudah untuk melacak dan mengetahui makna dan susunan kalimat-kalimat
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 240
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 241
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 242
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 243
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 244
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 245
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
al-Adabiy al-Ijtima’i adalah kitab tafsir al-Manar karya Muhammad Abduh dan
Rasyid Ridha, kitab Tafsir al-Wadhih karya Muhammad Mahmud al-Hijazy,
kitab Tafsir al-Qur’an karya Syaikh Ahmad al-Maraghi dan kitab Tafsir al-
Qur’an al-Karim karangan Syaikh Mahmud Syaltut (Musbikin, 2014: 49).
PENUTUP
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud
dengan metode tafsir adalah suatu cara dan langkah-langkah yang harus
ditempuh ketika dalam melakukan penafsiran terhadap al-Qur’an, dalam hal
ini terdapat beberapa metode penafsiran al-Qur’an, yaitu; metode tafsir tahlili,
ijmali, muqaran, maudhu’iy dan hermeneutika. Selain itu, yang dimaksud dengan
pendekatan adalah suatu cara pandang atau titik keberangkatan dari
prosesnya tafsir, diantara pendekatan tdalam tafsir al-Qur’an, yakni;
pendekatan tekstual, kontekstual, bahasa, historis dan sosio-historis.
Kemudian maksud dari corak tafsir al-Qur’an adalah suatu nuansa, warna
atau kecenderungan pemikiran atau ide yang mendominasi suatu karya tafsir,
adapun corak tafsir al-Qur’an adalah corak tafsir falsafi, fiqhi, sufi, ‘ilmi, adabi al-
ijtima’iy.
DAFTAR REFERENSI
Al-Farmawi, ‘Abd al-Hayy. (1994). Metode Tafsir Maudhu’iy, Suatu Pengantar,
Terj. Suryan A. Jamrah, judul asli, Al-Bidayah fi al-Tafsir al-
Maudhu’iy:Dirasah Manhajiah Mawdhu’iyah, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 246
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Sakn, Ahmad Soleh, “Model Pendekatan Tafsir dalam Kajian Islam”, Jurnal
Ilmu Agama, 2
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 247
Ummi Kalsum Hasibuan dkk, Tipologi Kajian Tafsir: Metode, Pendekatan dan Corak dalam Mitra
Penafsiran al-Qur’an
Ishlah: Jurnal Ilmu Ushuluddin, Adab dan Dakwah, 2 (2). Desember 2020. 248