Pohon Kelapa (cerpen 11 bagian 46)
Pohon Kelapa (cerpen 11 bagian 46)
Oleh I Ketut Widiastawa
T442#H41
Ingin rasanya aku berlari saat menyaksikan pemandangan indah yang menoreh relung hatiku. Tiada yang lebih perih dari sayatan pemandangan termanis itu. Saat pohon cinta pertamaku patah tanpa sebab, kristal bening tak dapat kuhentikan dari bukit mataku. Keinginan melenyapkan diri dalam kepasrahan tak terbendung lagi.
Alunan nafas yang patah-patah, adalah gending semarandana yang terus menyusup ke dalam aliran darahku. Tembang kesedihan seakan menjadi bagian hidup yang tak pernah terlupakan. Air mata yang meleleh adalah mata air yang menjadi tumbal jalinan kasih yang tak sampai.
Tak ada air yang melegakan dan menghilangkan dahaga. Yang terbayang hanya air laut yang akan menelan jiwa dan ragaku. Meski mentari telah memerah saga, dan angin laut tak henti menyapu wajah dan air mataku, aku bergeming. Kenikmatan kasih sayang dewa Baruna, mulai mengalir dalam diriku. Keinginan memasrahkan diri pada dewa laut adalah pilihanku.
Ku ayunkan langkahku pelan tapi lurus. Berbekal kepedihan dan kesedihan aku pantaskan diriku keluar dari bayang-bayangmu. Kasih dan cinta sejati hanya dongeng di siang hari. Dan tinggal selangkah lagi aku telah berada di pusaran air laut terdalam. Aku sempatkan mohon dan doa sebelum aku serahkan jiwa dan ragaku dalam belaian kasih sayang dewa laut.
"Hentikan... Jangan sia-siakan dirimu!" sebuah suara memanggilku. Ketika menoleh ke belakang, aku lihat sosok ibu memelas memanggilku. Aku bingung. Lalu tersadar.
***
Bersambung
Bangli, 11 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjutan cerpen yang dulu ya, Pak?
ya Bunda. Baru ada mood lanjutinnya. heheh