MEDIAPSI
2017, Vol. 3, No. 2, 1-9
Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan
Nur Hasmalawati, Nida Hasanati
[email protected]
Jurusan Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia
This study aims to determine the effect of Quality of Work Life (QWL) and work motivation
on employee performance. Subjects in this study were 50 TB-HIV Cadres, consisting of 36
women and 14 men whose ages ranged from 18 to 63 years old. This study applied multiple
linear regression in analyzing data obtained from Likert-scale questionnaires. The results
show that the QWL is significantly influential on performance, with R Square 0.313 and pvalue 0.000, meaning that the QWL affects performance with 31% contribution. Meanwhile,
the rest was influenced by other variables. However, work motivation seems to have no effect
on performance (p>0.05). The practical implication of this study would be the more the
manager is taking care of their employee’s QWL, the higher the performance of their
employee will be. This subsequently may result in more productive employee in improving
services to the society.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja atau Quality of
Work Life (QWL) dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Subjek dalam penelitian
ini adalah adalah Kader TB-HIV yang berjumlah 50 orang, terdiri dari 36 orang perempuan
dan 14 orang laki-laki dengan rentang usia antara 18-63 tahun. Penelitian ini menggunakan
analisis regresi linear ganda untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuesioner-kuesioner
berbentuk skala Likert. Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja secara
signifikan berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai R Square sebesar
0.313 dan nilai p sebesar 0.000 yang bermakna bahwa kualitas kehidupan kerja sebagai
variabel bebas mempengaruhi variabel terikat yaitu kinerja sebesar 31%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain. Sementara itu, motivasi kerja tidak memiliki efek terhadap
kinerja (p>0,05). Implikasi praktis dari penelitian ini adalah semakin tinggi kehidupan kerja
karyawan, maka semakin tinggi pula kinerja karyawan. Hal ini selanjutnya dapat membuat
karyawan lebih produktif dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kata kunci: kinerja; kualitas kehidupan kerja; motivasi kerja
Received: June 13, 2017 Accepted: November 8, 2017
(2002), kinerja merupakan hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing
masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan
organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja optimal yang diberikan oleh
karyawan akan memudahkan suatu organisasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
How to cite: Hasmalawati, N., & Hasanati, N. (2017).
Pengaruh kualitas kehidupan kerja dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan. MEDIAPSI, 3(2), 1-9.
doi:https://dx.doi.org/10.21776/ub.mps.2017.003.02.1
Pendahuluan
Dibalik
berkembangnya
sebuah
perusahaan, terdapat peran dari kinerja
karyawannya. Kinerja karyawan merupakan
sekumpulan nilai dari kontribusi karyawan
baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk mencapai tujuan organisasi (Borman &
Brush, 1993). Sementara menurut Simamora
Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi optimalnya kinerja karyawan
dalam perusahaan, di antaranya adalah
1
PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
motivasi. Motivasi kerja merupakan keadaan
di mana usaha dan kemauan keras seseorang
diarahkan kepada pencapaian hasil-hasil atau
tujuan tertentu. Hasil-hasil yang dimaksud bisa
berupa produktivitas, kehadiran, atau perilaku
kerja kreatif lainnya. Motivasi kerja
merupakan faktor pendorong sehingga dapat
menghasilkan produktivitas dan kinerja yang
optimal sesuai dengan tujuan organisasi
(Sopiah, 2008). Kaitan motivasi kerja
mempengaruhi kinerja karyawan dijelaskan
oleh Handoko (2001) maupun penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti (2005) di mana
motivasi kerja dapat berkorelasi positif dengan
produktivitas karyawan. Hal ini juga didukung
oleh penelitian Nawawi (2003) yang
menyatakan bahwa suasana batin atau
psikologis karyawan sebagai individu dalam
masyarakat, organisasi, atau perusahaan dalam
lingkungan kerjanya sangat besar pengaruhnya
pada pelaksanaan pekerjaannya. Hal ini
terlihat dalam semangat atas kerja yang
menghasilkan
kegiatan
kerja
sebagai
kontribusi bagi pencapaian tujuan bisnis
organisasi/perusahaan di tempatnya bekerja.
Pada kenyataannya, kondisi psikologis
tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi
kerja yang mendorongnya. Oleh sebab itu,
setiap karyawan memerlukan motivasi kerja
yang tinggi agar bersedia melaksanakan
pekerjaan secara bersemangat, bergairah, dan
berdedikasi.
Penilaian kinerja karyawan dapat dilihat
dari beberapa aspek, yakni kuantitas, kualitas,
keandalan karyawan, dan kehadiran. Kuantitas
merupakan banyaknya pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh seseorang dalam waktu satu
hari kerja. Kualitas adalah ketaatan karyawan
sesuai prosedur, disiplin, dan dedikasinya
terhadap organisasi. Sedangkan keandalan
karyawan merupakan kemampuan karyawan
dalam melakukan pekerjaan yang mencakup
MEDIAPSI
konsistensi kinerja serta keandalan dalam
pelayanan, akurat, benar, dan tepat. Sementara
itu, kehadiran adalah keyakinan karyawan
masuk kerja setiap hari dan sesuai dengan jam
kerja yang sudah ditetapkan (Mathis &
Jackson, 2006).
Menurut Kusuma (2013), motivasi kerja
karyawan didukung dari beberapa aspek
seperti tercukupinya kebutuhan fisiologis
karyawan, seperti makan atau minum atau
sandang pangan, adanya rasa aman dari
perusahaan yang berupa asuransi keselamatan
atau kesehatan, adanya rasa sosial seperti tidak
membedakan karyawan satu dengan karyawan
lain, adanya rasa penghargaan diri dengan
adanya bonus atau adanya pujian dari
pimpinan,
dan
adanya
kebebasan
menyampaikan pendapat. Dengan adanya halhal tersebut, maka karyawan akan semakin
bersemangat dalam bekerja sehingga kinerja
karyawan
akan
semakin
meningkat.
Selanjutnya,
dapat
dipahami
bahwa
terciptanya motivasi kerja karyawan juga
didukung oleh lingkungan kerja di perusahaan
tersebut.
Perusahaan bertanggung jawab untuk
memelihara kualitas kehidupan kerja atau
disebut juga dengan Quality of Work Life
(QWL) dan membina tenaga kerja agar
bersedia memberikan sumbangannya secara
optimal untuk mencapai tujuan perusahaan
(Pruijt dalam Husnawati, 2006). Sojka (2014)
mendefinisikan kualitas kehidupan kerja
adalah sekumpulan fenomena dan atribut yang
muncul dalam interaksi seseorang dan
lingkungannya di tempat dia bekerja dalam
sebuah organisasi. Sementara May, Lau, dan
Johnson. (1999) mendefinisikannya sebagai
keadaan kondusif di lingkungan kerja yang
ditandai adanya kepuasan kerja pegawai
karena mendapatkan gaji yang sesuai, jaminan
2
HASMALAWATI & HASANATI
kerja dan peluang untuk mengembangkan
karir.
Menurut Davis dan Newstrom (dalam
Alzeira, 2010) kualitas kehidupan kerja
mengacu pada keadaan menyenangkan atau
tidak lingkungan kerja bagi orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Hal yang utama dari
kualitas kehidupan kerja adalah dampaknya
bagi individu tersebut yaitu pekerjaan dapat
menyebabkan orang menjadi lebih baik bukan
orang-orang dapat mengerjakan pekerjaan
lebih baik. Kualitas kehidupan kerja yang
tinggi meliputi perasaan positif terhadap
pekerjaannya
karena
suatu
motivasi
menunjukkan
pekerjaan
dan
suatu
keseimbangan yang baik antara kehidupan dan
nilai-nilai
pribadi
serta
terpenuhi
kebutuhannya
(Katzell,
dkk.
dalam
Soedarnoto, 2004).
Nawawi (2003) juga menambahkan
bahwa jika dilihat dari segi psikologis,
manusia (seseorang) hanya melakukan suatu
kegiatan yang menyenangkannya untuk
dilakukan. Prinsip itu tidak menutupi kondisi
bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang
mungkin saja melakukan sesuatu yang tidak
disukainya. Dalam kenyataannya, kegiatan
yang didorong oleh sesuatu yang tidak disukai
berupa kegiatan yang terpaksa dilakukan,
cenderung berlangsung tidak efektif dan tidak
efisien. Oleh karena itu, manajemen sumber
daya manusia menciptakan kondisi yang
mampu mendorong setiap pekerja agar
melaksanakan tugas-tugasnya dengan rasa
senang dan puas. Adapun dengan kata lain,
manajemen sebagai proses mendayagunakan
orang lain untuk mencapai suatu tujuan hanya
akan berlangsung efektif dan efisien jika para
manajer mampu memotivasi para pekerja
dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung
jawabnya.
MEDIAPSI
Banyak penelitian tentang kualitas
kehidupan kerja yang telah dilakukan dan
hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif antara kualitas kehidupan
kerja dengan beberapa variabel lain dalam
organisasi, seperti motivasi kerja dan kepuasan
karyawan (Fitriadi, 2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Samtica (2011) tentang
hubungan komponen kualitas kehidupan kerja
dengan motivasi kerja juga menunjukkan hasil
yang signifikan. Sama halnya dengan Mochtar
(2012) yang melakukan penelitian tentang
kualitas kehidupan kerja dengan kinerja, yang
menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan
positif yang signifikan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zin
(2004) tentang kualitas kehidupan kerja
terhadap komitmen organisasional karyawan
yang hasilnya menyatakan bahwa praktik
kualitas kehidupan kerja mempengaruhi
besarnya komitmen organisasional, terutama
pada dimensi supervisi, upah, hubungan sosial,
dan partisipasi. Hal ini selanjutnya dapat
dipahami bahwa mengelola karyawan dengan
menyediakan sarana dan prasarana dalam
rangka mewujudkan lingkungan kerja dan
iklim kerja yang kondusif diharapkan bisa
mendorong karyawan untuk selalu berinovasi
dan berkreasi. Hal tersebut juga dilakukan
dengan membuat sistem yang fair dan struktur
yang fleksibel dengan pembagian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dan
manusiawi
dengan
memperhatikan
kemampuan karyawan dan usahanya dalam
mencapai tujuan karirnya (Husnawati, 2006).
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa jika sebuah organisasi
ingin
mencapai
tujuan
yang
telah
direncanakan, maka organisasi tersebut harus
memperhatikan kebutuhan karyawan selama
bekerja dan memotivasi karyawan dengan baik
3
PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
supaya memberikan kontribusinya terhadap
sebuah organisasi melalui pencapaian kinerja
yang optimal, sehingga menghasilkan
keuntungan untuk keberlangsungan sebuah
organisasi.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
antara
kualitas
kehidupan kerja dan motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan psikologi khususnya di bidang
psikologi industri dan organisasi serta menjadi
referensi kepada pimpinan atau atasan agar
lebih memperhatikan kualitas kehidupan kerja
dan motivasi kerja supaya karyawan
termotivasi dan memberikan kinerja yang
optimal dalam bekerja untuk mewujudkan
tujuan organisasi. Sementara itu, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah
terdapat pengaruh kualitas kehidupan kerja
terhadap kinerja, terdapat pengaruh motivasi
kerja terhadap kinerja, dan juga terdapat
kualitas kehidupan kerja dan motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan.
Metode
Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan
penelitian yang akan dicapai, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian penjelasan
(explanatory research). Explanatory research
merupakan penelitian yang menjelaskan
hubungan kausal antara variabel bebas
(independent variable) yaitu variabel kualitas
kehidupan kerja dan motivasi kerja terhadap
variabel terikat (dependent variable) yaitu
kinerja karyawan melalui pengajuan hipotesis
dengan menggunakan data-data yang sama
(Singarimbun & Effendi, 1995).
Partisipan
Subjek dalam penelitian ini adalah Kader
MEDIAPSI
TB-HIV yang berjumlah 50 orang, terdiri dari
36 orang perempuan dan 14 orang laki-laki
yang usianya berkisar antara 18-63 tahun.
Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang
digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Skala yang digunakan untuk mengukur
kinerja diadaptasi dari Lubis (2008) yang
disusun
berdasarkan
teori
dari
Prawirosentono (1999) tentang dimensi
kinerja yang dirangkum menjadi lima
dimensi, yaitu kuantitas kerja, kualitas
kerja, kerja sama, pemahaman terhadap
tugas, inisiatif, disiplin, dan tanggung
jawab serta keandalan.
2. Skala yang digunakan untuk mengukur
motivasi kerja dikembangkan dari Indrarini
(2009)
berdasarkan
dimensi-dimensi
motivasi kerja, yaitu dorongan internal
yang meliputi prestasi, pemgakuan, dan
tanggung jawab, serta dorongan eksternal
yang meliputi promosi dan pertumbuhan.
3. Skala yang digunakan untuk mengukur
kualitas kehidupan kerja dikembangkan
dari Anditasari (2011) berdasarkan teori
dari Cascio (dalam Nawawi, 2006) tentang
sembilan unsur yang menjadi komponen
penting dalam kualitas kehidupan kerja,
yaitu partisipasi karyawan, pengembangan
karir, penyelesaian konflik, komunikasi,
kesehatan kerja, keselamatan kerja,
lingkungan yang aman, kompensasi yang
layak, dan kebanggaan.
Kuesioner kinerja terdiri dari 13 aitem
dengan nilai Cronbach Alpha 0.887. Akan
tetapi, setelah diuji kembali, terdapat 9 butir
yang valid dengan Cronbanch Alpha 0.765.
Kuesioner kualitas kehidupan kerja terdiri dari
30 butir dengan nilai Cronbach Alpha 0.955.
Setelah diuji kembali, ketiga puluh butir
4
HASMALAWATI & HASANATI
tersebut valid dengan Cronbach Alpha 0.955.
Sementara itu, motivasi kerja yang awalnya
terdiri dari 20 butir dengan nilai Cronbach
Alpha 0.920, setelah diuji kembali hanya
terdapat 9 butir yang valid dengan Cronbach
Alpha 0.841.
Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu analisis regresi ganda.
Analisis tersebut dilakukan untuk mengetahui
adanya pengaruh kualitas kehidupan kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja. Sesuai dengan
hipotesis dan tujuan penelitian ini, maka untuk
mengetahui pengaruh, data yang diperoleh
akan
diuji
terlebih
dahulu
dengan
menggunakan uji asumsi syarat yaitu uji
normalitas dan uji linieritas.
Hasil
Sebelum menguji analisis regresi ganda
untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat,
peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi
syarat yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Uji
normalitas yang dilakukan menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal karena nilai
p>0.05. Setelah melakukan uji normalitas,
peneliti melakukan uji asumsi syarat yang
kedua yaitu uji linieritas untuk melihat adanya
hubungan yang linier di antara ketiga variabel.
Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa
hubungan kinerja dan kualitas kehidupan kerja
memiliki hubungan yang linier karena nilai
p<0.05, sedangkan kinerja dengan motivasi
kerja memiliki hubungan yang tidak linier
karena nilai p>0.05.
Setelah uji asumsi terpenuhi, maka
selanjutnya peneliti melakukan uji regresi
untuk mengetahui banyaknya sumbangan atau
pengaruh variabel bebas yaitu kualitas
kehidupan kerja dan motivasi kerja terhadap
MEDIAPSI
variabel terikat yaitu kinerja. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja
sangat berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini
dilihat dari nilai p<0.05. Nilai R Square
sebesar 0.313 menunjukkan bahwa kualitas
kehidupan kerja sebagai variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat yaitu kinerja
sebesar 31%, sedangkan sisanya sebesar 69%
dipengaruhi oleh variabel lain. Berbeda
dengan kualitas kehidupan kerja, motivasi
kerja memiliki nilai p>0.05 yang menunjukkan
bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh
terhadap kinerja. Hasil analisis uji regresi
dijabarkan dalam Tabel 1.
Tabel 1
Hasil Analisis Uji Regresi QWL & Motivasi terhadap
Kinerja
No.
Variabel
R
R2
p
1
QWL &
Kinerja
.559
.313
.000
2
Motivasi Kerja
& Kinerja
.566
.320
.489
Ketika diuji secara bersamaan, variabel
kualitas kehidupan kerja dan motivasi kerja
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel kinerja dengan nilai p<0.05. Nilai R
Square sebesar 0.320 menunjukkan bahwa
kualitas kehidupan kerja dan motivasi kerja
sebagai variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat yaitu kinerja sebesar 32%, sedangkan
sisanya 68% dipengaruhi oleh variabel lain.
Hasil analisis selengkapnya dijabarkan dalam
Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi QWL & Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Saat Diuji Secara Bersamaan
Variabel
R
R2
p
QWL & Motivasi
terhadap Kinerja
.566
.320
.000
Diskusi
Penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
5
PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
hanya kualitas kehidupan kerja yang
mempengaruhi kinerja sedangkan motivasi
kerja sebaliknya. Semakin tinggi kualitas
kehidupan kerja, maka semakin tinggi pula
kinerja karyawan. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Arifin (2012) yang berpendapat
bahwa kualitas kehidupan kerja merumuskan
setiap proses kebijakan yang diputuskan oleh
perusahaan merupakan sebuah respon atas apa
yang menjadi keinginan dan harapan karyawan
mereka. Hal itu kemudian diwujudkan dengan
berbagi persoalan dan menyatukan pandangan
mereka (perusahaan dan karyawan) ke dalam
tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja
karyawan dan perusahaan.
Pendapat Arifin (2012) yang berkaitan
dengan teori kualitas kehidupan kerja
sebelumnya dikemukakan oleh Wayne (dalam
Yusuf, 2010), yang menyatakan bahwa
pimpinan perusahaan perlu menyikapi dengan
sebaik-baiknya makna dari konsep Quality of
Work Life dengan tujuan agar hubungan antara
pihak manajemen dengan karyawan dapat
berjalan dengan baik yang bermuara pada
peningkatan kinerja. Adanya kualitas
kehidupan kerja juga menumbuhkan keinginan
para karyawan untuk tetap tinggal dan
bertahan di dalam organisasi. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anditasari (2011) dan Mahardikawanto
(2013) yang menyatakan bahwa kualitas
kehidupan kerja karyawan mempengaruhi
kinerja karyawan. Apabila kualitas kehidupan
kinerja karyawan ditingkatkan maka kinerja
karyawan juga akan meningkat.
Perusahaan yang kurang memperhatikan
faktor kualitas kehidupan kerja akan sulit
mendapatkan atau mempertahankan pekerja
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
bahkan akan sulit membangkitkan kinerja
karyawan yang sudah ada. Oleh sebab itu,
MEDIAPSI
perusahaan tersebut akan menghadapi kondisi
perpindahan pekerja, karena karyawan lebih
memilih untuk bekerja di tempat atau
perusahaan lain yang menerapkan berbagai
faktor kualitas kehidupan kerja yang lebih
menjanjikan.
Adapun
motivasi
kerja
tidak
mempengaruhi kinerja karyawan berdasarkan
hasil penelitian ini. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dhermawan,
dkk. (2012) yang menyatakan bahwa motivasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Brahmasari dan Agus (2008) juga menyatakan
bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh
terhadap kinerja. Belum optimalnya kerja
seorang karyawan dibatasi oleh adanya
kebijakan atasan misalnya berhubungan
dengan waktu lembur, di mana karyawan yang
telah terpuaskan kebutuhannya merasa bahwa
manajemen telah memberikan penghargaan
kepada dirinya sehingga dia merasa harus
bekerja dengan profesional. Hal ini berarti
bahwa apabila terdapat pekerjaan yang
melekat pada dirinya hingga jam kerja normal
telah berakhir, karyawan tersebut bermaksud
untuk menyelesaikannya karena dedikasi dan
loyalitas terhadap pekerjaannya meskipun
tidak diperhitungkan sebagai lembur. Akan
tetapi, pihak manajemen menentukan bahwa
sesuai ketentuan yang ada hal tersebut tidak
diperkenankan, sehingga akhirnya karyawan
tersebut akan menyelesaikan pada hari
berikutnya. Hal inilah yang salah satunya
menjadi suatu pertimbangan dan alasan bahwa
motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan (Brahmasari dan
Agus, 2008).
Mangkunegara (2005) mengemukakan
bahwa terdapat dua teknik untuk memotivasi
kinerja pegawai, yaitu (1) teknik pemenuhan
6
HASMALAWATI & HASANATI
kebutuhan pegawai, yang berarti bahwa
pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan
aspek fundamental yang mendasari perilaku
kerja; (2) teknik komunikasi persuasif, dengan
salah satu tekniknya yaitu memotivasi kerja
pegawai yang dilakukan dengan cara
mempengaruhi pegawai secara ekstra logis.
Teknik ini dirumuskan dengan istilah
“AIDDAS” yaitu Attention (perhatian),
Interest (minat), Desire (hasrat), Decision
(keputusan), Action (aksi atau tindakan), dan
Satisfaction (kepuasan). Dalam penerapannya,
pemimpin harus memberikan perhatian
terlebih dahulu kepada pegawainya tentang
pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar
timbul minat pegawai terhadap pelaksanaan
kerja. Jika telah timbul minat, maka hasratnya
akan menjadi kuat untuk mengambil
keputusan dan melakukan tindakan kerja
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh
pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan
bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa
puas terhadap hasil kerjanya.
Penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, di antaranya adalah sebagian
responden mungkin kurang memahami
pernyataan dari kuesioner yang diberikan,
sehingga kurang mengukur keadaan diri
subjek sebenarnya. Hal tersebut juga dapat
mengakibatkan kebenaran jawaban dari
responden bukan cerminan dari keadaan diri
responden yang sebenarnya karena mengisi
kuisioner secara asal-asalan dan takut dinilai
tidak baik oleh peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kualitas kehidupan kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja dengan nilai
p<0.05. Nilai R Square 0.313 menunjukkan
bahwa
kualitas
kehidupan
kerja
mempengaruhi
kinerja
sebesar
31%,
sedangkan sisanya 69% dipengaruhi oleh
MEDIAPSI
variabel lain. Tetapi lain halnya dengan
motivasi kerja, dengan nilai p>0.05, hal ini
menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak
berpengaruh terhadap kinerja. Namun
demikian, ketika diuji secara bersamaan,
variabel kualitas kehidupan kerja dan motivasi
kerja memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja dengan nilai p<0.05 dan nilai
R Square sebesar 0.320 menunjukkan bahwa
kualitas kehidupan kerja dan motivasi kerja
mempengaruhi
kinerja
sebesar
32%,
sedangkan sisanya 68% dipengaruhi oleh
variabel lain.
Berdasarkan penelitian ini, terdapat
saran praktis bagi perusahaan. Perusahaan
disarankan untuk memperhatikan QWL
dengan baik, karena karyawan akan merasa
nyaman dan betah bekerja di suatu perusahaan
tanpa ada niat untuk keluar atau
mengundurkan diri. Perusahaan sebaiknya
juga menerapkan teknik dalam memotivasi
karyawan, karena hal ini dapat menyebabkan
karyawan akan merasa termotivasi dalam
bekerja dan memberikan kinerja yang optimal
untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah
dirumuskan sebelumnya.
Bagi penelitian selanjutnya, disarankan
agar menambah variabel lain yang
berpengaruh sehingga dapat diketahui variabel
yang paling banyak mempengaruhi kinerja
atau menganalisis satu persatu aspek dari
kualitas kehidupan kerja yang paling banyak
mempengaruhi kinerja karyawan agar bisa
lebih ditingkatkan lagi. Hal ini dilakukan agar
pimpinan atau atasan dapat meningkatkan
aspek yang paling mempengaruhi kinerja
karyawan yang mengakibatkan optimalnya
kinerja yang diberikan.
7
PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA
Daftar Pustaka
Alzeira, E. R. (2010). Hubungan komponen
kualitas kehidupan kerja (quality of work
life) dengan motivasi kerja pegawai RS
Tugu Ibu. Skripsi. Universitas Indonesia:
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Anditasari, D. (2011). Analisis faktor-faktor
Quality of Work Life (QWL) sebagai
pendukung
peningkatan
kinerja
karyawan. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor:
Fakultas
Ekonomi
dan
Manajemen.
Arifin, N. (2012). Analisis kualitas kehidupan
kerja, kinerja, dan kepuasan kerja pada
CV. Duta Senenan Jepara. Journal
Economia, 8(1), 11-21.
Borman, W. C., & Brush, D. H. (1993). More
progress toward a taxonomy of
managerial performance requirements.
Human Performance, 6(1), 1-21.
Brahmasari, I. A., & Agus, S. (2008).
Pengaruh
motivasi
kerja,
kepemimpinan, dan budaya organisasi
terhadap kepuasan kerja karyawan serta
dampaknya pada kinerja perusahaan
(Studi kasus pada PT. Pei Hai
International Wiratama Indonesia).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
10(2).
Damayanti, R. (2005). Pengaruh motivasi
kerja karyawan terhadap produktivitas
kerja karyawan CV. Bening Natural
Furniture di Semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang: Fakultas
Ilmu Sosial.
Dhermawan, A. A. N. B., Sudibya, I. G. A., &
Utama, I. W. M. (2012). ha Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis, dan
Kewirausahaan, 6(2).
MEDIAPSI
Fitriadi, B. Y. (2012). Analisis pengaruh
kualitas kehidupan kerja terhadap
motivasi kerja dan kinerja karyawan PT.
Bank Muamalat Indonesia Jember.
Skripsi. Universitas Jember: Fakultas
Ekonomi.
Handoko, T. H. (2001). Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE Press.
Husnawati, A. (2006). Analisis pengaruh
kualitas kehidupan kerja terhadap
kinerja karyawan dengan komitmen dan
kepuasan kerja sebagai intervening
variable: Studi pada Perum Pegadaian
Kanwil VI Semarang. Tesis. Universitas
Diponegoro: Program Studi Magister
Manajemen.
Indrarini. (2009). Pengaruh motivasi dan
kepuasan kerja terhadap kinerja dosen
akademi swasta di Kota Semarang.
Tesis. Universitas Negeri Semarang:
Program Studi Manajemen Pendidikan.
Kusuma, A. A. (2013). Pengaruh motivasi dan
lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan Hotel Muria Semarang.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang:
Fakultas Ekonomi.
Lubis, K. A. (2008). Pengaruh pelatihan dan
motivasi
kerja
terhadap
kinerja
karyawan. Tesis. Universitas Sumatera
Utara.
Mahardikawanto. (2013). Pengaruh disiplin
kerja, lingkungan kerja, dan kualitas
kehidupan kerja terhadap kinerja
karyawan RSUD Dr. M. Ashari
Pemalang. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang: Fakultas Ekonomi.
Mangkunegara, A. P. (2005). Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan
8
HASMALAWATI & HASANATI
Cetakan Keenam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2006).
Manajemen Sumber Daya Manusia
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
May, B. E., Lau, R. S. M., & Johnson, S. K.
(1999). A longitudinal study of quality of
work life and business performance.
South Dakota Business Review, 58(2), 17.
Mochtar, H. (2012). Hubungan komponen
quality of work life dengan kinerja
bidan. Tesis. Universitas Indonesia:
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Nawawi, H. (2003). Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Bisnis yang Kompetetif.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Soedarnoto, L. F. N. (2004). Peningkatan
Usaha dalam Kualitas Kehidupan Kerja.
Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unika Atma Jaya.
Sojka, L. (2014). Specification of the Quality
of Work Life characteristics in the
Slovak
economic
environment.
Sociologia, 46(3), 283-299.
Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional.
Yogyakarta: Andi Offset.
Zin, R. M. (2004). Perception of professional
engineers toward quality of work life and
organizational commitment. Gadjah
Mada International Journal of Business,
6(3), 32-33.
Nawawi, H. (2006). Evaluasi dan Manajemen
Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Prawirosentono, S. (1999). Kebijakan Kinerja
Karyawan Kiat Membangun Organisasi
Kompetitif Menjelang Perdagangan
Bebas
Dunia
Edisi
Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Samtica, S. (2011). Hubungan komponen
kualitas kehidupan kerja atau quality of
work life dengan motivasi kerja perawat
pelaksana di RS Haji Jakarta. Skripsi.
Universitas
Indonesia:
Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Simamora, H. (2002). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (1995).
Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES.
MEDIAPSI
9