Lompat ke isi

Suku Limbai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suku Dayak Limbai adalah sub suku Dayak Rumpun Ot Danum yang menempati Kecamatan Menukung (meliputi 25 kampung), Kayan Hulu dan Serawai di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Indonesia. Pemerintahan Adat Suku Dayak Limbai adalah Ketemenggungan. Terdapat 4 ketemenggungan pada suku Dayak Limbai di Kecamatan Menukung yaitu

  1. Ketemenggungan Pelaik Keruap meliputi kampung pelaik Keruap, Tanjung Beringin, Entubu, Lalau, Guhung Keruap, Pongga Hulu, Teluk Rabin, Labang Manyam.
  2. Ketemenggungan Batas Nangka meliputi kampung Bunyau, Batas Nangka, Landau Leban, Kenolin, Lengkong Sangsang, Nusa Pauh, Lanjau, Trapao Mawan.
  3. Ketemenggungan Mawang Mentatai meliputi kampung mawang mentatai, mengkilau, Nusa poring, Dawai, Sekujang, Beloyang
  4. Ketemenggungan Siai meliputi kampung Siai, Sungkup.[1]

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Suku Dayak Limbai, berdomisili di Kayan Hulu dan Serawai di kabupaten Melawi provinsi Kalimantan Barat Indonesia. Suku Dayak Limbai ini dikelompokkan ke dalam rumpun Ot Danum. Orang Limbai di Kecamatan Serawai bermukim di Nusa Bakti, Desa Nanga Mentatai, dan Karya Jaya.

Suku Dayak Limbai juga sering dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu orang Limbai Pantai dan Limbai Darat. Populasi suku Dayak Limbai di kecamatan Serawai berjumlah 1.047 jiwa dari keseluruhan penutur bahasa Limbai.

Tradisi lisan yang ada adalah cerita daerah dan pengobatan. Dalam cerita daerah dikisahkan mengenai cerita-cerita kepahlawanan. Dalam pengobatan cerita-ceritanya dilagukan. Lagu untuk pengobatan disebut belian. Tradisi pengobatan dilakukan selama satu malam, setelah itu barulah dia mulai menyembuhkan si sakit. Kebanyakan yang bisa melakukan ritual pengobatan ini adalah laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat dari suku Uud Danum, yang lebih banyak bisa melakukan ritual pengobatan ini adalah wanita, yang biasa di sebut jaja.

Masyarakat Limbai bermukim jauh ke arah daratan adalah dengan tujuan untuk menghindari para pengayau pada masa perang "kayau" pada masa dulu, dahulunya mereka lebih banyak berpergian melalui sungai. Dengan bermukim di tengah daratan, mereka sulit sekali ditemukan musuh-musuhnya. Suku Dayak Limbai tidak diketahui asal-usulnya, namun dari cerita turun temurun bahwa yang menjadi Temenggung pertama orang Limbai adalah Tumak Baya dari Kelopok dan Bonau dari Guhung Berajang. Sedangkan yang menjadi pemimpin Bonuh Limbai adalah Cai Elai dari Kelait.

Bahasa Dayak Limbai sangat mirip dengan beberapa bahasa lainnya di daerah Melawi, seperti bahasa Dayak Kubitn dan bahasa Dayak Kenyilu. Contoh persamaan kata yang menonjol adalah adanya kata abon untuk mengatakan ‘tidak ada’.

Masyarakat Dayak Limbai bertahan hidup dengan mata pencaharian utama berladang (sawah di perbukitan), menyadap karet. Sebagai mata pencarian tambahan mereka berkebun sayur-sayuran, memelihara ternak ayam dan sapi serta kehidupan hutan juga masih mereka jalani seperti mencari kayu untuk bahan bangunan sebagian untuk dijual dan mereka juga berburu binatang dan menangkap ikan. Tidak sedikit juga dari masyarakat Dayak Limbai bekerja sebagai pegawai negeri, karyawan swasta dan menjadi pedagang.