Lompat ke isi

Senyawa organik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali senyawa karbon tersederhana seperti karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia.[1]

Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.

Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama, organik.

Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis - life-force.

Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artifisial.

Ciri-ciri

[sunting | sunting sumber]

Senyawa organik umumnya memiliki beberapa karakteristik seperti: titik didih dan titik leleh yang relatif rendah, bersifat non-polar, mudah terbakar, tidak menghantarkan listrik, reaksi kimia relatif lambat, mempunyai isomer, dan sebagian besar ikatan kimianya berupa ikatan kovalen[2]

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Senyawa organik dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Salah satu pembedaan utama adalah antara senyawa alami dan buatan (sintetis). Selain itu, senyawa organik dapat diklasifikasikan lebih lanjut atau dibagi berdasarkan keberadaan heteroatom. Misalnya, ada senyawa organologam, yang ditandai dengan ikatan antara karbon dan logam, serta senyawa organofosfor, yang melibatkan ikatan antara karbon dan fosfor.

Cara lain untuk mengklasifikasikan senyawa organik adalah dengan mempertimbangkan ukurannya, yang mengarah pada perbedaan antara molekul kecil dan polimer.

Senyawa alami

[sunting | sunting sumber]

Senyawa alami adalah zat yang berasal dari tumbuhan atau hewan. Sebagian besar dari senyawa ini masih diperoleh dari sumber alami karena produksi sintetisnya tidak praktis secara ekonomi. Contoh senyawa alami tersebut meliputi sebagian besar gula, alkaloid dan terpenoid tertentu, nutrisi spesifik seperti vitamin B12, dan, lebih luas lagi, produk alami dengan molekul yang kompleks dan besar, serta mereka yang memiliki konfigurasi stereoisomerik, yang ditemukan dalam jumlah besar dalam organisme hidup.

Dalam bidang biokimia, beberapa senyawa memiliki arti yang sangat penting. Senyawa-senyawa tersebut meliputi antigen, karbohidrat, enzim, hormon, lipid dan asam lemak, neurotransmiter, asam nukleat, protein, peptida, dan asam amino, lektin, vitamin, serta lemak dan minyak.

Senyawa sintetik

[sunting | sunting sumber]

Zat yang dibuat melalui reaksi kimia yang melibatkan zat lain disebut sebagai senyawa "sintetis". Senyawa sintetis ini dapat berupa senyawa yang ada secara alami pada tanaman atau hewan, atau dapat juga berupa zat buatan yang tidak terdapat di alam.

Mayoritas polimer, yang meliputi bahan-bahan seperti plastik dan karet, termasuk dalam kategori senyawa organik yang dibuat secara sintetis atau sebagian berasal dari sumber-sumber alami.

Produk bioteknologi

[sunting | sunting sumber]

Banyak senyawa organik, termasuk etanol dan insulin, diproduksi dalam skala industri melalui pemanfaatan mikroorganisme seperti bakteri dan ragi.[3] Dalam proses ini, susunan genetik organisme ini biasanya dimodifikasi untuk memungkinkan produksi zat-zat yang tidak dapat disintesis secara alami oleh organisme tersebut. Banyak dari senyawa yang direkayasa secara bioteknologi ini benar-benar baru dan sebelumnya tidak ditemukan di alam.[4]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Pengertian Organik dan Anorganik". Kanal Informasi. Diakses tanggal 2023-09-14. 
  2. ^ M.Si, Bramianto Setiawan, S. Pd; M.Pd, Drs Achmad Fanani; M.Pd, Imas Srinana Wardani, S. Pd; M.Pd, Drs Triman Juniarso (2022-03-24). ILMU ALAMIAH DASAR. Cv. Eureka Media Aksara. ISBN 978-623-5251-54-7. 
  3. ^ Korpi, Anne; Järnberg, Jill; Pasanen, Anna-Liisa (2009-02). "Microbial Volatile Organic Compounds". Critical Reviews in Toxicology (dalam bahasa Inggris). 39 (2): 139–193. doi:10.1080/10408440802291497. ISSN 1040-8444. 
  4. ^ Durland, Justin; Ahmadian-Moghadam, Hamid (2023). Genetics, Mutagenesis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 32809354.