Sejarah Kuwait
Kuwait adalah sebuah negara di Teluk Persia. Pada abad ke delapan belas hingga ke sembilan belas, Kuwait merupakan sebuah pelabuhan dagang.[1][2][3]
Sejarah awal
[sunting | sunting sumber]Saat masa periode Ubaid (6500 SM), Kuwait adalah pusat situs interaksi antara penduduk Mesopotamia dan Neolitik Arabia Timur,[4][5][6][7] utamanya berpusat di As-Subiya di sebelah utara Kuwait.[8][9][10] Masa terawal yang diketahui bahwa Kuwait telah ditinggali sejak 8000 SM. Dengan pembuktian berupa alat-alat Mesolitik ditemukan di wilayah Burgan.[11] As-Subiya di Kuwait Utara adalah tempat pertama bagi para penduduk Teluk Persia yang melakukan urbanisasi ke Kuwait[7] Kampung Mesopotamia pertama di sebuah pulau Kuwait bernama Failaka tahun 2000 SM.[12] Pedagang dari kota Sumeria dan Ur tinggal di Failaka dan mengembangkan usaha mereka.[12] Pulau ini memiliki banyak bangunan bergaya Mesopotamia yang biasa ditemukan di Irak pada tahun 2000 SM.[12] Penduduk Neolitik di Kuwait adalah penduduk pedagang maritim paling awal di dunia.[13] Salah satu dari kapal alang-alang tertua berada di Kuwait utara yaitu kapal pada masa periode Ubaid[14]
Nama wilayah Kuwait diketahui paling awal pada tahun 150 M pada sebuah risalat Geografi Geografi yang ditulis oleh cendekiawan Yunani yang bernama Ptolemy.[15] Ptolemy menyebut kawasan pantai Kuwait sebagai Hieros Kolpos (Sacer Sinus dalam versi latin).[15]
Pada tahun 4000 SM hingga 2000 SM, pesisir Kuwait merupakan rumah bagi sipilisasi Dilmun.[16][17][18] Penguasaan Dilmun terhadap Kuwait termasuk sebuah kota Kuwait Shuwaikh Port (dahulunya Pulau Akkaz),[16] Pulau Umm an Namil[16][19] dan Pulau Failaka.[16] Pada puncak tahun 2000 SM, Kekaisaran Dilmun mengawasi jalur perdagangan Mesopotamia ke India dan sipilisasi Lembah Indus.
Pada abad ke-3 Yunani Kuno menjajah wilayah pesisir Kuwait di bawah pimpinan Alexander Agung, Yunani Kuno memberikan mnama untuk kawasan tanah utama Kuwait Larissa dan Pulau Failaka dinamakan Ikaros.[20][21][22][23] Menurut Strabo dan Arrian, Alexander Agung memberi nama Failaka Ikaros karena mirip dengan Pulau Aegean karena kesamaan bentuk dan besarnya.[24]
Pada 224 M, Kuwait menjadi bagian dari Kakaisaran Sassanid. Saat menjadi bagian dalam wilayah kekaisaran Sassanid, Kuwait dikenal bernama Meshan,[25] dengan nama alternatif kerajaan Characene.[26][27] Akkaz menjadi situs Partho-Sassanian; Agama Sassanid. Menara sunyi dibangun di sebelah utara Akkaz.[28][29]
Pertempuran rantai
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 636 M, Pertempuran rantai antara kekaisaran Sassanid melawan Kekhalifahan Rasyidin bertempur di Kuwait dekat kota Kazma.[30][31] Saat itu Kuwait berada di bawah kekuasaan kekaisaran Sassanid. Perang ini merupakan perang pertama yang dilakukan oleh Pasukan Rasyidin yaitu sekelompok pasukan atau tentara Muslim.
Karena kemenangan Kekhalifahan Rasyidin pada tahun 636 M, wilayah pesisir Kuwait dikenal sebagai "Kadhima" atau "Kāzimah" pada masa awal Islam.[31][32][33][34][35][36][37] Arab Pertengahan memiliki banyak sumber rujukan yang merujuk kepada pesisir Kuwait.[36][37][38] Fungsi kota pada saat itu adalah untuk pelabuhan perdagangan dan tempat peristirahatan para jamaah haji dari Irak ke Hejaz. Kota ini diawasi dan dijaga oleh kerajaan Al-Hirah di Irak[36][39][40] Pada masa awal sejarah Islam, pesisir Kuwait dikenal sebagai wilayah yang subur.[31][41][42]
Kota ini adalah pemberhentian karavan dari Persia dan Mesopotamia yang akan menuju Semenanjung Arab. Penyair Al-Farazdaq dilahirkan di kota ini.[43] Al-Farazdaq adalah seorang penyair puisi Arab klasik terbesar.[43]
Tahun 1982–sekarang
[sunting | sunting sumber]Satu masa yang penting dalam perkembangan politik, sosial, dan ekonomi Kuwait adalah keruntuhan pasar saham Souk Al-Manakh pada tahun 1982.[44] Keruntuhan yang utama ini memiliki akibat-akibat yang meluas dan kekal dalam ingatan masyarakat dunia selama berpuluh-puluh tahun kemudian.
Setelah bersekutu dengan Irak dalam Perang Iran-Irak sehingga akhirnya pada tahun 1988 (Kuwait membayar Irak untuk melindunginya dari apa yang dianggap sebagai ancaman yang ditimbulkan oleh Iran[45]), Kuwait diserang dan diduduki oleh Irak (di bawah Saddam Hussein) pada 2 Agustus 1990. Alasan utama Hussein termasuk tuduhan bahwa wilayah Kuwait sebenarnya merupakan sebuah provinsi Irak, dan pernyataan itu merupakan tindakan balas dendam terhadap "perang ekonomi" Kuwait. Hussein menggulingkan pemerintahan monarki selepas penaikan tahtanya dan melantik seorang gubernur Kuwait yang baru.
Diberikan kekuasaan oleh Dewan Keamanan PBB, sebuah angkatan tentara campuran yang terdiri dari 34 buah negara, diketuai oleh Amerika Serikat, bertempur dalam Perang Teluk untuk membebaskan Kuwait. Setelah enam minggu pertempuran yang ganas pada awal 1991, angkatan tentara Irak terpaksa mundur dari Kuwait pada 26 Februari 1991. Selama pengunduran, Angkatan Darat Irak menggunakandengan cara pembakaran tanah melalui membakar kilang-kilang minyak Kuwait. Kebakaran itu mengambil melebihi sembilan bulan untuk mematikannya, dengan biaya perbaikan infrastruktur minyak melebihi ASD$5 miliar.[46] Sebagian bangunan dan fasilitas infrakstruktur (termasuk Bandar Udara Internasional Kuwait) juga mengalami kerusakan yang parah selama pertempuran.
Kuwait saat ini berada di bawah pemerintahan Amir Sabah Al-Ahmad Al-Jabir Al-Sabah (sejak 29 Januari 2006) sebagai sebuah negara merdeka dan mempunyai kepentingan yang strategis untuk Amerika Serikat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "The Rocky Road That Faces Many Kuwaiti Merchants". LA Times.
Before oil was discovered in Kuwait 53 years ago, the country was largely a nation of merchant traders. Its natural harbor made Kuwait a hub of Middle East commerce and a center for boat building.
- ^ "Kuwait: A Trading City". Eleanor Archer. 2013.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Democracy in Kuwait". The Weekly Standard. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-13. Diakses tanggal 2016-11-01.
Home to one of only two natural ports in the Persian Gulf, Kuwait has for hundreds of years been a commercial and cosmopolitan center.
- ^ Robert Carter. "Maritime Interactions in the Arabian Neolithic: The Evidence from H3, As-Sabiyah, an Ubaid-Related Site in Kuwait".
- ^ Robert Carter. "Boat remains and maritime trade in the Persian Gulf during the sixth and fifth millennia BC" (PDF).
- ^ Robert Carter. "Maritime Interactions in the Arabian Neolithic: The Evidence from H3, As-Sabiyah, an Ubaid-Related Site in Kuwait".
- ^ a b "How Kuwaitis lived more than 8,000 years ago". Kuwait Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-19. Diakses tanggal 2016-11-01.
- ^ Robert Carter. "Ubaid-period boat remains from As-Sabiyah: excavations by the British Archaeological Expedition to Kuwait". doi:10.2307/41223721.
- ^ Robert Carter; Graham Philip. "Beyond the Ubaid: Transformation and integration in the late prehistoric societies of the Middle East" (PDF).
- ^ Wydawnictwa Uniwersytetu Warszawskiego. "Polish Archaeology in the Mediterranean - Issue no.XXII /2013". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-19. Diakses tanggal 2016-11-01.
- ^ "The Archaeology of Kuwait" (PDF). Cardiff University. hlm. 5.
- ^ a b c "Traders from Ur?". Archaeology Magazine. Diakses tanggal 21 July 2013.
- ^ Robert Carter (2011). "The Neolithic origins of seafaring in the Arabian Gulf". 24 (3). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-08. Diakses tanggal 2016-11-01.
- ^ "Secrets of world's oldest boat are discovered in Kuwait sands". The Daily Telegraph. Diakses tanggal 21 August 2013.
- ^ a b "The European Exploration of Kuwait". Diakses tanggal 21 July 2013.
- ^ a b c d "Kuwait's archaeological sites reflect human history & civilizations (2:50 - 3:02)". Ministry of Interior News.
- ^ "The Invention of Cuneiform: Writing in Sumer". Jean-Jacques Glassner. 1990. hlm. 7.
- ^ "Area Handbook for the Persian Gulf States". Richard F. Nyrop. 2008. hlm. 11.
From about 4000 to 2000 B.C. the civilization of Dilmun dominated 250 miles of the eastern coast of Arabia from present-day Kuwait to Bahrain and extended sixty miles into the interior to the oasis of Hufuf (see fig. 2).
- ^ "A geochemical study of bituminous mixtures from Failaka and Umm an-Namel (Kuwait), from the Early Dilmun to the Early Islamic period". Jacques Connan, Robert Carter. 2007.
- ^ Ralph Shaw (1976). Kuwait. hlm. 10.
- ^ Middle East Annual Review. 1980. hlm. 241.
- ^ The Gulf Handbook - Volume 3. 1979. hlm. 344.
- ^ K̲h̲alīj aur bainulaqvāmī siyāsat. 1991. hlm. 34.
- ^ George Fadlo Hourani, John Carswell, Arab Seafaring: In the Indian Ocean in Ancient and Early Medieval Times Princeton University Press,page 131
- ^ Bennett D. Hill; Roger B. Beck; Clare Haru Crowston (2008). A History of World Societies, Combined Volume (PDF). hlm. 165. Archived from the original on 2013-12-03. Diakses tanggal 2016-11-01.
Centered in the fertile Tigris- Euphrates Valley, but with access to the Persian Gulf and extending south to Meshan (modern Kuwait), the Sassanid Empire's economic prosperity rested on agriculture; its location also proved well suited for commerce.
- ^ Avner Falk (1996). A Psychoanalytic History of the Jews. hlm. 330.
In 224 he defeated the Parthian army of Ardavan Shah (Artabanus V), taking Isfahan, Kerman, Elam (Elymais) and Meshan (Mesene, Spasinu Charax, or Characene).
- ^ Abraham Cohen (1980). Ancient Jewish Proverbs.
The large and small measures roll down and reach Sheol; from Sheol they proceed to Tadmor (Palmyra), from Tadmor to Meshan (Mesene), and from Meshan to Harpanya (Hipparenum).
- ^ "LE TELL D'AKKAZ AU KOWEÏT TELL AKKAZ IN KUWAIT" (PDF). hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 30 December 2013.
- ^ Gachet, J. (1998). "Akkaz (Kuwait), a Site of the Partho-Sasanian Period. A preliminary report on three campaigns of excavation (1993–1996)". Proceedings of the Seminar for Arabian Studies. 28: 69–79.
- ^ Kurt Ray (2003). A Historical Atlas of Kuwait. hlm. 10.
- ^ a b c "Kuwait in Pictures". Francesca Davis DiPiazza. 2008. hlm. 20–21.
- ^ Brian Ulrich. "Kāzimah remembered: historical traditions of an early Islamic settlement by Kuwait Bay". British Museum, Seminar for Arabian Studies.
- ^ "Investigating an Early Islamic Landscape on Kuwait Bay: the archaeology of historical Kadhima". Durham University. Diakses tanggal 2013.
- ^ "Kadhima: Kuwait in the early centuries of Islam". academia.edu.
- ^ "The Soft stone from Kadhima: evidence for trade connections and domestic activities". Kuwait NCCAL, Durham University.
- ^ a b c Brian Ulrich. "From Iraq to the Hijaz in the Early Islamic Period: History and Archaeology of the Basran Hajj Road and the Way(s) through Kuwait".
- ^ a b "The Kadhima Project: investigating an Early Islamic settlement and landscape on Kuwait Bay". jstor.org.
- ^ "Kāzimah". academia.edu.
- ^ Proceedings of the Seminar for Arabian Studies Volumes 9–12. 1979. hlm. 53.
Although the town of al-Hira might have been too far northward to be considered a part of Eastern Arabia it is dealt with here as such because the kingdom of al- Hira controlled Kazima (Kuwait).
- ^ "New field work at Kadhima (Kuwait) and the archaeology of the Early Islamic period in Eastern Arabia". SOAS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-25. Diakses tanggal 2016-11-01.
- ^ "Culture in rehabilitation: from competency to proficiency". Jeffrey L. Crabtree, Abdul Matin Royeen. 2006. hlm. 194.
During the early Islamic period, Kazima had become a very famous fertile area and served as a trading stations for travelers in the region.
- ^ "Kadhima : an Early Islamic settlement and landscape on Kuwait Bay". Durham University. Diakses tanggal 2013-07-28.
- ^ a b "A CONCISE BIOGRAPHY OF AL-FARAZDAQ A POETIC COLOSSUS OF THE UMAYYAH ERA". University of Ilorin. hlm. 1–2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-26. Diakses tanggal 2016-11-01.
- ^ "Kuwait's Souk al-Manakh Stock Bubble". Stock-market-crash.net. 2012-06-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-19. Diakses tanggal 2013-01-14.
- ^ Processing and Properties of Advanced Ceramics and Composites. hlm. 205.
- ^ "Iraqi Invasion of Kuwait; 1990". Acig.org. Diakses tanggal 28 June 2010.