Ekonomi Nepal
Ekonomi Nepal | |
---|---|
Mata uang | 1 Rupee Nepal (NPR) = 100 paisa |
Tahun fiskal | 16 Juli - 15 Juli |
Organisasi perdagangan | WTO dan SAFTA |
Statistik | |
PDB | $67 miliar (perk. 2014)[1] |
Pertumbuhan PDB | 5,1% (perk. 2014) |
PDB per kapita | $2400 (perk. 2014) |
PDB per sektor | Pertanian (35%), Industri (20%), Jasa (45%) (perk. 2010) |
Inflasi (IHK) | 10,01% (pertengahan Feb. 2016) |
Penduduk di bawah garis kemiskinan | 25,2% (2010) |
Industri utama | Pariwisata, pakaian, makanan dan minuman, logam, tumbuhan hijau. |
Peringkat kemudahan melakukan bisnis | ke-45[2] |
Eksternal | |
Ekspor | $ 1,2 miliar (2016) f.o.b.; tidak mencakup perdaganan tak tercatat dengan India (2013) |
Komoditas ekspor | Karpet, pakaian, produk kulit, anyaman, pangan, sayuran, teh, kopi, baja, semen, outsourcing, teknologi informasi, furnitur, dll. |
Tujuan ekspor utama | India 61,2% Amerika Serikat 9,4% (2015)[3] |
Impor | $ 7,2 miliar f.o.b. (2016) |
Komoditas impor | Produk minyak bumi, emas, mesin |
Negara asal impor utama | India 61,4% Tiongkok 15,4% (2015)[4] |
Pembiayaan publik | |
Pendapatan | $ 6 miliar (2013) |
Beban | $ 7 miliar (2013) |
Sumber data utama: CIA World Fact Book |
Perkembangan ekonomi di Nepal merupakan hal yang rumit dengan pengaruh dari perubahan situasi politik dari masa kerajaan, hingga rezim partai komunis kini. Sebagai kelompok masyarakat agraris terisolasi selama pertengahan abad ke-20, Nepal pada tahun 1951 tidak memiliki sekolah, rumah sakit, infrasturktur jalan, jaringan telekomunikasi dan listrik, industri, maupun pelayanan kepegawaian sipil. Akan tetapi, semenjak 1950-an, negara ini mengalami kemajuan yang membukanya terhadap liberalisasi ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup jika dibandingkan dengan masa lalu. Tantangan terbesar yang dihadapi Nepal dalam mencapai perkembangan ekonomi yang lebih tinggi adalah kepemimpinan politik yang silih berganti dan juga keberadaan masalah korupsi.
Nepal menggunakan rencana lima tahun sebagai upaya untuk memajukan ekonominya. Nepal menyelesaikan rencana pembangunan ekonominya yang kesembilan pada tahun 2002. Rupee Nepal sebagai mata uang dapat ditukarkan dan 17 badan usaha negara telah diprivatisasi. Bantuan internasional kepada Nepal menyumbang lebih dari separuh total anggaran pembangunan. Prioritas yang dimiliki pemerintah selama bertahun-tahun adalah pembangunan fasilitas transportasi dan komunikasi, pertanian, dan industri. Sejak tahun 1975, penekanan dilakukan pada administrasi pemerintah dan pembangunan desa.
Pertanian tetap menjadi aktivitas ekonomi utama di Nepal, menjadi mata pencaharian bagi sekitar 65% penduduk dengan sumbangsih terhadap produk domestik bruto (PDB) sebanyak 31,7%, meskipun hanya sekitar 20% dari total lahan dapat diolah sementara 40,7% merupakan lahan hutan (semak belukar, rumput, dan hutan). Sisanya kebanyakan merupakan lahan pegunungan. Beras dan gandum merupakan tanaman pangan utama. Wilayah dataran rendah di Terai menghasilkan surplus pertanian yang sebagian digunakan sebagai pasokan makanan untuk wilayah perbukitan.
PDB Nepal sangat bergantung dari remiten (29,1%) tenaga kerja di luar negeri. Sementara itu, perkembangan sektor jasa dan infrastruktur dalam negeri belum begitu besar. Sistem pendidikan dasar nasional masih dalam proses pendirian sementara Universitas Tribhuvan telah memiliki beberapa kampus (lihat pula pendidikan di Nepal). Malaria telah dikendalikan di wilayah subur Terai di selatan yang sebelumnya sulit dihuni, walaupun usaha pembasmian masih dilakukan. Kathmandu terhubung dengan India dan wilayah perbukitan di sekitarnya melalui jalan yang jaringanna meluas. Kelangkaan bahan bakar dan transportasi sempat melanda ibu kota tersebut sebagai akibat dari demonstrasi di bagian selatan negara pada 17 Februari 2008.[5]
Kota-kota besar juga terhubung dengan Kathmandu lewat jaringan telepon dan penerbangan. Industri produk karpet dan pakaian tumbuh dengan cepat beberapa tahun terakhir hingga kini mencakup sekitar 70% dari total ekspor bahan cenderamata.
Indeks Biaya Hidup di Nepal relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan banyak negara namun bukan yang paling murah. Kualitas hidup mengalami penurunan pada tahun-tahun terakhir.[6] Nepal berada di peringkat ke-54 dari 81 negara bernilai terburuk (> 5,0) pada Indeks Kelaparan Global tahun 2011, di antara Kamboja dan Togo. Nilai yang dimilikinya tersebut (19,5) namun masih lebih baik daripada tahun 2010 (20,0) dan jauh lebih baik daripada 27,5 untuk tahun 1990.[7]
Investasi luar negeri dan perpajakan
[sunting | sunting sumber]Investasi asing dalam jumlah besar masuk ke Nepal dan membangun pusat perbelanjaan, properti, serta bidang pariwista, dan lain-lain. Nepal memiliki potensi sebagai penghasil besar di bidang listrik tenaga air dengan beberapa perusahaan yang telah menunggu untuk memanfaatkannya namun ketidakstabilan politik menjadi hambatan. Nepal menandatangani persetujuan pengurangan pajak ganda (dalam segala metode) dengan 10 negara (PSRD Diarsipkan 2011-11-04 di Wayback Machine.) sejak tahun 1987. Nepal juga memiliki persetujuan perlindungan investasi dengan 5 negara (PSRD Diarsipkan 2011-11-04 di Wayback Machine.) sejak tahun 1983. Pada tahun 2014, Nepal membatasi kuantitas bantuan asing dengan mengatur batas minimum dari dana hibah asing maupun pinjaman dari mitra pembangunannya.[8]
Impor dan ekspor
[sunting | sunting sumber]Perdagangan barang dari Nepal telah mengalami peningkatan dari tahun 2000 dengan berkembangnya industri karpet dan pakaian. Selama tahun fiskal 2000-2001, ekspor mengalami pertumbuhan yang lebih pesat (14%) jika dibandingkan dengan impor (4,5%) yang mampu menurunkan defisit perdagangan sebanyak 4% dari nilai tahun sebelumnya menjadi $749 juta. Pada tahun 2011, Uni Eropa menjadi pengimpor terbesar pakaian jadi dari Nepal. Ekspor ke negara Uni Eropa mencakup 46,13 persen dari total ekspor pakaian.[9]
Ekspor yang besar disertai dengan pemasukan di bidang pariwisata dan keberadaan bantuan asing telah membantu meningkatkan nilai neraca perdagangan dan dana cadangan internasional. Nepal banyak menerima bantuan dana dari Britania Raya,[10][11][12] Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan negara-negara Skandinavia.
Sumber daya
[sunting | sunting sumber]Upaya pemanfaatan sumber daya alam Nepal termasuk pariwisata dan tenaga air untuk membangkitkan listrik telah mengalami perkembangan. Nepal merupakan lokasi dari 8 dari 10 puncak tertinggi dunia termasuk puncak tertinggi yaitu Gunung Everest dengan ketinggian 8.848 meter. Pada awal dekade 1990-an, satu proyek sektor publik dan beberapa proyek sektor swasta direncanakan dan sebagian kini telah selesai. Proyek swasta di pemanfaatan tenaga air untuk listrik terbesar adalah Khimti Khola dengan kapasitas 60 MW dan Proyek Bhote Koshi dengan kapasitas 36 MW. Bhote Koshi kini masih dalam proses pengerjaan dengan kolaborasi dari Tiongkok, India, dan Jepang.
Nepal berdasarkan perhitungan memiliki potensi listrik tenaga air sebanyak 83.000 MW dengan 42.133 MW jika mengikutsertakan pertimbangan teknis dan finansial. Kapasitas yang kini telah dimanfaatkan hanya bernilai 730,47 MW.[13]
Sementara itu, proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air telah menyebabkan beberapa konflik dengan penduduk lokal meskipun Nepal telah enandatangani Konvensi ILO 169.[14]
Pola ekonomi makro
[sunting | sunting sumber]Di bawah ini adalh tabel nilai produk domestik bruto Nepal dari tahun ke tahun harga konstan dari data Bank Dunia. Nilai PDB dalam juta Dolar AS.[15]
Tahun | PDB |
---|---|
1960 | 508,33 |
1970 | 865,98 |
1980 | 1.945,92 |
1990 | 3.627,56 |
2000 | 5.494,25 |
2010 | 16.002,66 |
2015 | 20.880,55 |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://www.indexmundi.com/nepal/economy_profile.html
- ^ "Doing Business in Nepal 2012". World Bank. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-22. Diakses tanggal 21 November 2011.
- ^ "Export Partners of Nepal". CIA World Factbook. 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-15. Diakses tanggal 26 Juli 2016.
- ^ "Import Partners of Nepal". CIA World Factbook. 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-13. Diakses tanggal 26 Juli 2016.
- ^ Kathmandu nearly out of fuel, Nepal says. CNN. 17 Februari 2008. Diakses pada 2008-04-13.
- ^ Cost of Living Index in Nepal - Statistics & Graphs of Nepalese Citizen's Economic Power. Diakses pada 10 Januari 2014.
- ^ IFPRI/ Concern/ Welthungerhilfe: 2011 Global Hunger Index The challenge of hunger: Taming price spikes and excessive food price volatility. Bonn, Washington D. C., Dublin. Oktober 2011.
- ^ "Nepal puts a minimum amount limit on foreign aid and loans". IANS. news.biharprabha.com. Diakses tanggal 3 July 2014.
- ^ "EU as Nepal's largest exporter". ktm2day. Diakses tanggal 11 Oktober 2011.
- ^ "UK should cut aid to Nepal if "endemic" corruption persists: report". Reuters. 27 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-16. Diakses tanggal 16 Mei 2015.
- ^ "DFID's bilateral programme in Nepal". Komite Pembangunan Internasional House of Commons. 27 Maret 2015. Diakses tanggal 17 Mei 2015.
- ^ "A Conversation with Departing Nepal Chief of the UK Aid Agency". United We Blog! for a Democratic Nepal. 15 Juni 2013. Diakses tanggal 16 Mei 2015.
- ^ "Nepali Political parties criticize Indian Hydel Power proposal". IANS. news.biharprabha.com. Diakses tanggal 20 Juli 2014.
- ^ Jones, Peris: When the lights go out. Hydroelectric power and indigenous rights in Nepal Diarsipkan 2011-04-30 di Wayback Machine.. NIBR International Blog 11.03.10
- ^ Bank Dunia. 2016. GDP (current US$) | Data. Diakses pada 16 November 2016.
Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari CIA World Factbook dokumen "2003 edition".