Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
A. KAJIAN TEORI
1. Tinjauan Tentang Berita Hoax
a. Pengertian Berita Hoax
Dari kemajuan teknologi yang berkembang pada zaman sekarang sangat
memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak yang negatif.
penyampaian akan informasi begitu cepat menjadikan faktor munculnya berita-berita
hoax yang memang kurangnya penyaringan berita yang tersebar melalui beberapa
media sosial ataupun telpon genggam.
Hoax merupakan usaha segelintir orang untuk menipu atau mengakali pembaca
dan pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal si pembuat berita palsu tesebut
tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contohnya pemberitaan palsu yang
paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan unsur suatu
sebutan nama yang berbeda dengan barang atau kejadian sejatinya. Definisi lain
menyatakan bahwa hoax merupakan suatu bentuk tipuan yang digunakan untuk
mempercayai sesuatu yang tidak benar dan seringkali tidak logis dengan cara melalui
media online.
Hoax sendiri bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring opini publik,
membentuk persepsi juga untuk hufing fun yang menguji kecerdasan dan kecermatan
pengguna internet dan media sosial. Tujuan penyebaran hoax sangat beragam tetapi
pada umumnya tujuan hoax hanya sekedar lelucon atau iseng saja, menjatuhkan
9
10
pesaing (black campaign), promosi dengan maksud penipuan, ataupun ajakan untuk
berbuat amalan –amalan baik yang sebenarnya belum tentu jelas terkait perihal dalil
yang ada didalamnya. Namun ini menyebabkan banyak penerima hoax terpancing
untuk menyebarluaskan berita – berita hoax kepada rekannya dan mengakibatkan
penyebaran beritanya meluas.
Orang lebih cenderung percaya hoax jika informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki (Respati, 2017). Contohnya jika seseorang penganut paham
covid-19 merupakan senjata biologis memperoleh artikel yang membahas tentang
berbagai teori konspirasi mengenai berita bahwa terjadinya kebocoran salah satu
labolatorium negara china terkait virus tersebut maka secara naluri orang tersebut akan
mudah percaya karena mendukung teori covid-19 adalah senjata biologis yang
diyakininya. Secara alami perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini
keyakinannya tersebut mendapat afirmasi sehingga cenderung tidak akan
mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar dan bahkan mudah saja bagi
seseorang untuk menyebar luaskan kembali terkait berita informasi yang didapatnya.
Hal ini dapat diperparah jika si penyebar hoax memiliki pengetahuan yang kurang
mumpuni dalam memanfaatkan internet untuk mencari informasi lebih dalam atau
sekadar untuk mengecek apakah berita tersebut fakta dan tidaknya.
2) Ini hanyalah usaha untuk mencari dan mendapatkan sensasi di internet dan media
sosial. Biasanya agar dapat merebut perhatian lebih banyak user, pemilik website
dengan sengaja membuat dan memberikan konten lebay hanya sekedar untuk
mencari perhatian publik..
3) Beberapa memang menggunakannya (menyebarkan hoax) hanya demi mendapat
lebih banyak uang yang dilakukan dengan bekerjasama bersama oknum. (Kasus
Saracen).
4) Hanya untuk sekedar ikut – ikutan agar terlihat lebih seru. Ini juga merupakan
salah satu strategi marketing internet dengan menyuguhkan berita yang lebih
lebay maka akan semakin banyak pula mendapatkan like dan komentar sehingga
menyebabkan berita tersebut terlihat lebih hidup dan lebih ramai.
5) Untuk menyudutkan pihak – pihak tertentu (black campaign). Keadaannya sering
terjadi dilakukan ketika Pilkada/ Pilgub/ Pileg/ Pilpres. Begitulah manusia ketika
mempunyai ambisi yang terlalu tinggi untuk mendapatkan jabatan alhasil mereka
akan melakukan segala cara alias menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
jabatan yang diinginkannya.
6) Sengaja menimbulkan kegaduhan/keresahan. Saat situasi sedang tidak baik
tersebar munculah kekhawatiran masyarakat didalamnya. Beberapa orang
memanfaatkan keresahan ini untuk meraup keuntungan sebesar - besarnya.
Istilahnya adalah "memancing di air keruh" dan "memanfaatkan kesempatan
dalam kesempitan".
7) Mempunyai niatan untuk mengadu domba. Inilah yang sering terjadi pada saat ini
yaitu ada oknum yang tidak bertanggungjawab melakukan penyebaran berita hoax
dengan maksud tujuan tertentu ataupun menjatuhkan kedua lawan. Dengan contoh
politik yang ada saat ini lebih kepada politik adu domba.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ruri Rosmalinda (2017) penyebab
munculnya adalah karena beberapa factor diantaranya :
13
f. Pencegahan Hoax
Adapun langkah sederhana yang dapat membantu dalam menghadapi berita
hoaks adalah sebagai berikut :
1) Ikut serta dalam grup diskusi anti hoaks. Di media sosial misalnya Facebook,
terdapat sejumlah grup diskusi tentang anti hoaks. Didalam grup tersebut, kita
dapat ikut aktif danbisa bertanya apakah suatu informasi merupakan hoaks atau
bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua
anggota grup bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi sebagai forum
diskusi yang memuat banyak pendapat.
14
2) Meningkatkan literasi media dan literasi media sosial. Literasi memiliki peranan
penting dalam membentuk pemahaman masyarakat ketika menerima hoaks dan
bagaimana cara mereka menghadapi berita palsu yang diterima.
Ada beberapa kemampuan literasi media yang harus dimiliki, antara lain
mencakup :
a) Kemampuan mengkritisi media (internet).
b) Kemampuan memproduksi informasi yang sehat.
c) Kemampuan mengajarkan atau berbagai isi media yang mencerdaskan.
d) Kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan informasi online.
e) Kemampuan mengeksplorasi berbagai posisi informasi online.
f) Kemampuan berpikir kritis atas isi media.
Penanggulangi fenomena hoaks yang sedang terjadi, maka pemerintah telah
membentuk Badan Cyber Nasional yang bertugas melacak sumber kabar hoaks dan
melindungi situs pemerintah dari serangan peretas serta bertugas melindungi institusi
negara dari serangan peretas, untuk memperkuat dasar penanggulangan hoaks ini,
pemerintah mengeluarkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau
Undang-undang nomor 11 tahun 2008 yang kemudian diperbaharui dengan
Undangundang Republik Indonesia nomor 19 tahun 2016 yang mengatur tentang
informasi serta transaksi elektronik dan teknologi informasi secara umum dan berlaku
bagi seluruh warga Indonesia, dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa
memang terdapat kebebasan bagi masyarakat untuk menyatakan pikiran dan
berpendapat serta memperoleh informasi melalui pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi, namun pemerintah tetap harus membatasi.
Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang tersebut untuk menjamin
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam suatu.
15
elektronik (televisi) tentang anak – anak sekolah menengah yang kepergok atau
didapati oleh guru polisi mengantongi obat – obatan terlarang, gambar – gambar dan
video pulgar porno, kondom alat kontraespsi, benda – benda tajam. Semua benda
yang diidentifikasi tersebut merupakan benda yang terindikasi mempunyai kaitannya
dengan penyimpangan moral yang dilakukan oleh kalangan remaja usia sekolah.
Gejala Penyimpangan tersebutpun terjadi karena pola hidup yang semata-mata hanya
mengejar kepuasan materi belaka, kesenangan sesaatt hawa nafsu, dan tidak
memperdulika nilai-nilai spriritual agama. Timbulnya sikap tersebut tidak akan lepas
dari kaitan arus budaya sekuleristis, materialistis, dan hedonistis, yang disalurkan
melalui permainan - permainan, lagu - lagu, film, pertunjukan, siaran, dan lainnya.
Penyaluran arus budaya tersebut diakibatkan dan didukung oleh para penyandang
modal yang semata-mata hanya mengambil keuntungan material saja dengan
memanfaatkan mayoritas remaja tanpa memperhatikan dampak kerusakan terhadap
moralnya.
Bentuk-bentuk Penyelewengan Moral dikalangan Remaja Penyimpangan
perilaku, degradasi, kenakalan atau bahkan sampai kejahatan remaja tidak luput dari
berlangsungnya termasuk konteks antar personal dan sosio kultural.
dari sisi jenisnya setidaknya kenalan remaja dapat dibagi menjadi empat macam
yaitu:
a) Situasional, kenalan yang dimana dilakukan oleh orang normal, namun banyak
dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional, stimuli sosial dan tekanan
lingkungan yang ‘menekan ataupun memaksa’
b) Individual, kenakalan secara personal atau disebut individualnya dengan ciri
(tidak normal) yang diakibatkan oleh predisposisi dan kecenderungan
penyimpangan prilaku yang diperkuat dengan stimuli sosial dan kondisi kultural
c) Kumulatif, kenakalan yang selalu menerus dilakukan sehingga mempunyai sifat
kumulatif, ditiru diberbagai tempat dan menyebar luas di tengah masyarakat dan
dapat mengakibatkan disintegrasi sosial. Kumulatif dapat bersifat indivipu
ataupun kelompok.
19
berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Keuda, fungsi perbikan dan
penguatan. Pendidkan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi
dn bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga Negara dan
pembangunan bangsa menju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga,
fungsi penyaring. Pendidikan karakter berfunsi memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai – nilai budaya dan
karakter bangsa yang bermartabat.
Dalam buku Zubaedi, (2015, hlm. 19) Dony kusuma mengatakan, pendidikan
karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan
dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai – nilai sehingga
menghasilakn disposisi aktif, stabil dalam dri individu.
Pendidikan karakter dari sisi substansi dan tujuannya sama dengan
pendidikan budi pekerti, sebagai sarana untuk mengadakan perubahan secara
mendasar, karena membawa perubahan individu sampai keakar – akarnya.
dalam buku Zubaedi, (2015, hlm. 67) mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan
dalam kehendak yang mantap, kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan
pada pemilihan tindakan yang benar (akhlak baik) atau tindakan yang jahat (akhlak
buruk).
Dengan demkian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar
antara akhlak dan karakter/bdui pekerti. Keduanya bisa dikatakan sama, kendati pun
tidak dimungkiri ada sebagian pemikir yang tidak sependapat dengan
mempersamakan kedua istilah tersebut.
Oleh karena itu agar dapat terhindar dari penyebab berkembang sikap
degdradasi moral diperlukan hal – hal sebagai berikut:
a) Pendidikan Kepribadian Spiritualitas: mengajak untuk menanamkan sikap
berserah diri terhadap kepercayaan yang dianutnya, dengan segala konsekuensi
berlapang dada dengan segala kondisi yang terjadi dapat memberikan prilaku
yang baik terhadap remaja dan juga mencegah kekeliruan dan kebimbangan
dikalangan remaja. Yaitu Fisik; membentuk kesadaran remaja agar dalam hal
sebuah pencapaian tidak hanya dilihat dari materialnya saja tetapi melainkan
lebih ke perbuatan dan hati. Psikis; memberikan atau mengajarkan bahwa
kesadaran diri adalah bentuk salah satu kunci menuju kesuksesan.
b) Pendidikan keluarga, remaja sangat membutuhkan keluarga yang memberikan
bimbingan yang baik salah satunya pedoman agama yang dianut keluarganya
juga kenyaman, ketentraman, dan kebahagiaan.
c) Pendidikan dalam lingkungan sekolah. Remaja sangat membutuhkan sekali
pendidikan sekolah yang menjunjung sikap budi pekerti luhur dan peduli
terhadap sesamanya.
d) Pendidikan dalam sosial masyarakat. Remaja perlu selalu dibimbing untuk
mampu membedakan mana lingkungan yang baik dan mana lingkungan
masyrakat yang tidak baik. Sehingga remaja tersebut akan dapat merasakan
kenyaman ketika dilingkungan masyarakat yang dapat dikatakan baik dan
merasakan ketidaknyamanan ketika remaja tersebut tinggal dilingkungan
masyarakat yang tidak baik.
24
memaksakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Oleh karena itu, dewey
menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Membicarakan
pendidikan berarti juga mebicarakan keterkaitan aktivitasnya, dan pemberian
bimbingan padanya. Assegaf dalam Jurnal Saputra M.I, (2015, hlm. 242)
Menurut Assegaf dalam Jurnal Saputra M.I, (2015, hlm. 242) secara umum
peserta didik memiliki empat ciri, yaitu sebagai berikut:
1) Mempunyai keinginan untuk berkembang kearah dewasa
2) Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi –
potensi dasar yang dimiliki secara individu
3) Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan
berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan dan sebagainya
4) Peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda.
dalam aspek metode mengajar, materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang
akan digunakan, dan lain sebagainya
2) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut
kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi. Diantara kebutuhan
tersebut adalah; kebutuhan biologis, kasih saying, rasa aman, harga diri, realisasi
diri, dan lain sebagainya. Kesemuaan itu penting dipahami oleh pendidik agar
tugas – tugas kependidikannya dapat berjalan secara baik dan lancer.
3) Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas kependidikan islam
disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang ada pada
umumnya dilalui oleh setiap peserta didik. Hal ini sangat beralasan, karena kadar
kemampuan peserta didik ditentukan oleh factor usia dan periode perkembangan
atau pertumbuhan potensi yang dimikinya.
4) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memilki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
Pemahaman tentang differensiasi individual peserta didik sangat penting untuk
dipahami oleh seorang pendidik. Hal ini disebabkan karena menyangkut
bagaimana pendekatan yang perlu dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam
sikap dan perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis, tanpa harus
mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau kelompok
5) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Di sini tugas pendidik adalah
membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan yang di inginkan, tanpa melepaskan tugas
kemanusiaanya; baik secara vertikal maupun horizontal.
6) Peserta didik merupakan dua unsur jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki
daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui
proses pendidikan. Sedangkan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan
daya rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya
di arahkan untuk mengasah daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional.
27
4) Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin. Terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan
dalam dua kategori, yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs)
yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki
(sosial), dan harga diri; dan (2) metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs),
meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan,
kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun
demikian, masih ada kebutuhan lan yang tidak terjangkau kelima hierarki
kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang
melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha
dari Allah SWT.
5) Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam
pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya
hanya menerima, mendengarkan saja.
percaya diri dalam konteks mandiri; dan kebangsaan, demokrasi dan patriotisme dalam
konteks warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
g) PKn mempunyai 3 pusat perhatian yaitu Civic Intellegence kecerdasan dan daya
nalar warga Negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional maupun
sosial), Civic Responsibility kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
Negara yang bertanggung jawab dan Civic Participation (kemampuan berpartisipasi
warga Negara atas dasar tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial maupun
sebagai pemimpin hari depan)
h) PKn lebih tepat menggunakan pendekatan belajar kontekstual (CTL) untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga
Negara Indonesia. Contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari
i) PKn mengenal suatu model pembelajaran VCT (Value Clarification
Technique/Tehnik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu tehnik belajar-mengajar yang
membina sikap atau nilai moral (aspek afektif)
Dari karakteristik yang ada, terlihat bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang
memiliki karakter berbeda dengan mata pelajaran lain.walaupun pkn termasuk kajian
ilmu sosial namun dari sasaran / tujuan akhir pembentukan hasil dari pelajaran ini
mengharapkan agar siswa sebagai warga Negara memiliki kepribadian yang baik, bisa
menjalankan hak dan kewajibannya dengan penuh kesadaran karena wujud cinta atas
tanah air dan bangsanya sendiri sehingga tujuan NKRI bisa terwujud. Seperti yang
diungkap oleh Dra.Hj. Fitri Eriyanti, M.Pd., Ph.D (Dosen Pascasarjana UNP kosentrasi
PKn) bahwa setiap Negara pasti memiliki tujuan, hanya warga Negara yang baiklah
yang dapat mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena itu PKn memiliki peran yang sangat besar untuk membentuk siswa
menjadi warga Negara yang bisa mengemban semua permasalahan Negara dan
mencapai tujuan negaranya. Keberadaan PKn dengan karakteristik seperti ini mestinya
menjadi perhatian besar bagi masyarakat, komponen pendidik dan Negara, hal ini
disebabkan karena PKn banyak mengajarkan nilai-nilai pada siswanya. Nilai – nilai
34
kebaikan, kebersamaa, pengorbanan, menghargai orang lain dan persatuan ini jika
ditanamkan dalam diri siswa bisa menjadi bekal yangsangat berharga dalam kehidupan
pribadi maupun berbangasa dan bernegara. Siswalah yang akan menjadi cikal bakal
penerus bangsa dan yang akan mempertahankan eksistensi Negara maka dari itu
mereka sangat memerlukan pelajaran PKn dalam konteks seperti ini. John J. Patrick
dalam tulisan ‘Konsep inti PKn’ mengatakan PKn memiliki kriteria dimana diartikan
berkenaan dengan kepentingan warga Negara. Ada 4 kategori yaitu pengetahuan
kewarganegaraan dan pemerintahan, keahlian kognitif warga Negara, keahlian
partisipatori dan kebaikan pendidikan kewarganegaraan. Jika empat kategori ini hilang
dari kurikulum PKn maka PKn dapat dianggap cacat, walaupun pemerintah sudah
memberi perhatian besar pada pelajaran PKn, semua itu tidak akan cukup jika
komponen pendidik, siswa, orang tua, dan masyarakat tidak berpadu untuk
bekerjasama menjalankan inti pelajaran PKn ini. Berkaitan dengan kandungan nilai-
nilai dalam PKn saja misalnya, banyak guru yang luput mengajarkan nilai-nilai
kehidupan pada saat mengajar karena terburu dengan materi sesuai kurikulum, siswa
belajar hanya orientasi materi sehingga civic intelligent saja yang terpenuhi. Meskipun
materi PKn saat ini tidak banyak mencantumkan secara konkret memasukan nilai-nilai
ini sebagai hiden curriculum bagi siswa.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan bagi penulis dalam melakukan
penelitian untuk memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian.
Penelitian-penelitian terdahulu ini dapat dijadikan referensi bagi penulis untuk
menambah informasi sebagai memperkaya bahan kajian bagi penelitian yang akan
penulis lakukan. Berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Raysa Safalindo tahun 2019
mahasiswa universitas islam Indonesia Yogyakarta dengan judul “dampak
35
kategori ketiga yaitu masa akhir pubertas dari usia 1718 tahun yang ciri-cirinya yaitu
pertumbuhan fisik sudah mulai matang dan kategori keempat yaitu remaja adolesen
dari usia 19-21 tahun yang mana ciri-cirinya yaitu mulai nampak minat dan bakatnya.
Usia remaja bisa di kenal sebagai usia dimana rasa ingin tahu atas segala hal sangat
besar dan memiliki rasa ingin mencoba akan segala sesuatunya sangat besar pula,
khususnya anak-anak remaja di Payakumbuh Remaja akan mencari suatu berita yang
terbaru dan akan membagikan kepada teman-temannya. Suatu berita yang dibagikan
belum tentu benarnya.
berliterasi informasi para jamaah yg tergabung dalam media sosial resmi Masjid
Gunungsari Indah.
2) Mengetahui pemahaman anggota grup jamaah masjid (GSI) tentang
penggunaan group media sosial.
3) Mengetahui pemahaman para jamaah Masjid Gunungsari mengenai pola
berpikir kritis dan berliterasi informasi terhadap penggunaan grup media
social.
D. Kerangka Pemikiran
Pada saat ini teknologi semakin berkembang dimana semua orang dapat
mengakses internet dengan mudah dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber
yang ada melalui media sosial, akan tetapi menyebabkan banyaknya berita-berita
bohong (hoaxs) yang menyebar dikalangan generasi muda pada zaman sekarang yang
mengakibatkan berkembangnya sikap degdradasi moral pada generasi muda zaman
sekarang. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti mengangkat judul “dampak berita
hoaxs terhadap berkembangnya sikap degdradasi moral peserta didik smkn 4
bandung”.
Identifikasi Masalah
1. Maraknya beragam jenis berita hoax yang
masuk dilingkaran persekolahan yang
Kondisi awal : berdampak pada degdradasi moral peserta
didik
Maraknya beragam jenis 2. Kurangnya penanggulangan dari guru dan
berita hoax dilingkaran sekolah sebagai dampak dari berita hoax
perpersekolahan terhadap berkembangnya sikap degdradasi
moral
3. Banyaknya berita hoax yang dilakukan oleh
oknum tidak bertanggungjawab terhadap
peserta didik yang berdampak menurunnya
Menggunakan pendekatan moral antar peserta didik
kualitatif dengan desain 4. .Banyaknya beragam jenis berita-berita yang
penelitian studi masuk dilingkungan persekolahan sehingga
menyebabkan masuknya berita hoax yang
berdampak menurunnya moral peserta didik.
40