05.1 Bab 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang kita tahu saat ini sudah sangat jauh

berkembang. Kini teknologi sudah semakin canggih. Pada kemajuan teknologi

informasi komunikasi saat ini, memiliki dampak positif dan dampak negatif itu

sendiri, tergantung pada kita yang menggunakannya. Jika baik dalam

menggunakan media teknologi maka akan baik dampaknya, namun jika tidak

baik dalam menggunakan media teknologi maka akan buruk pula dampaknya.

Berita adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Hampir

setiap hari kita mendaptkan berita-berita mulai dari surat kabar, radio, televisi

hingga internet atau yang di sebut dengan sosial media.1

Hoax yang kita kenal adalah sebuah berita palsu, dimana berita yang

disampaikan atau disebarkan itu adalah berita bohong. Hoax sering diartikan

sebagai suatu hal yang tidak benar, palsu, bohong, penipuan, penuh dengan

rekayasa, dan lainnya yang bersangkutan seperti itu. Di era globalisasi sekarang

ini kita semua tahu bahwa dengan berkembangnya pengetahuan teknologi kita

bisa mendapatkan berita juga informasi informasi penting yang begitu cepat

1
Makalah sosiologi, “Makalah Pengaruh Hoax dari Media Sosial di Kehidupan Masyarakat”,
dikutip dari https://tugasmakalah.blogspot.co.id/ diakses pada hari Rabu tanggal 6 Juni 2018 jam 14.13
WIB..

1
2

kita didapat. bisa dikatakan bahwa komunikasi adalah hal yang sangat penting

untuk saat ini, karena dengan berkomunikasi kita bisa saling mendapatkan

kabar, berita atau semacamnya. Sangat penting sekali seperti yang kita lihat

sekarang, bahkan di zaman sekarang jika kita tidak bisa menggunakan

teknologi kita akan sangat tertinggal dengan perkembangan zaman yang terus

berkembang bahkan mungkin akan dikatakan kudet dengan orang sekitar kita.

Jadi memang sangat penting informasi komunikasi bagi masyarakat.2

Sebenaranya banyak sekali fungsi dari pengguna media sosial bagi

kehidupan masyarakat, tentunya dampak positif bagi mereka yang bisa

menggunakan media sosial dengan baik dan bijak. Sebaliknya dampak negatif

bagi mereka yang tidak baik, tidak bijak dan tidak bertanggung jawab dalam

menggunakan media sosial. Jadi tergantung pada pengguna media itu sendiri.

Fungsi yang positif dalam media sosial bagi masyarakat seperti untuk

berkomunikasi dan mendapatkan informasi dengan mudah, masih banyak lagi

sebenarnya fungsi media sosial dalam kehidupan masyarakat. Contoh lain

dengan adanya media sosial (sosmed) masyarakat bisa mengembangkan

usahanya, mempromosikan usaha yang dimilikinya atau bahkan mencari sebuah

usaha, membangun usaha di media sosial dengan mudah dan banyak lagi fungsi

lainnya. Selain itu dampak negatif apabila dimanfaatkan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab seperti digunakan untuk melakukan penipuan, penyebaran

2
Idnan A Idris, Klarifikasi Al-Quran atas Berita Hoax, (Jakarta: Percetakan PT Gramedia,
diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kompas-Gramedia, 2008), 1.
3

berita hoax yang bisa menyebabkan masyarakat terprovokasi apabila

masyarakat yang menerima berita tersebut tidak mengecek kebenaran dari

berita tersebut atau hal yang dilihatnya di media sosial. Lalu akhir-akhir ini

sangat ramai dengan adanya masalah berita hoax di media sosial. Berita hoax

sangat marak dan sangat mudah ditemukan di media sosial. Hal ini bisa kita

lihat hampir disemua media sosial mulai dari twitter, facebook, instagram, line,

pesan sms, whatsapp, dll. Berita hoax tersebut berbentuk tulisan yang

bersumber namun dari sumber yang tidak kredibel, gambar-gambar yang sudah

di edit dari aslinya, serta pesan berantai yang disebar lewat broadcast di

whatsapp atau line. Sehingga masyarakat sulit untuk membendung beredarnya

berita hoax di media sosialnya karena berita berita hoax yang bisa disebar atau

dikirim oleh siapapun, dari manapun, dan kapanpun. Sehingga berita hoax bisa

sangat cepat menyebar dan menjadi ramai di media-media sosial.3

Informasi atau berita yang dikeluarkan baik perorangan maupun badan

usaha melalui media sosial dan elektronik ketika telah terkirim dan dibaca oleh

banyak orang akan dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan

tindakan seseorang atau kelompok. Sangat disayangkan apabila informasi yang

disampaikan tersebut adalah informasi yang tidak benar atau berita hoax dengan

judul yang sangat provokatif mengiring pembaca dan penerima berita kepada

3
Abner, Khaidir, Mohammad Ridho Abdillah, Rizky Bimantoro, Weiby Reinaldy,
“Penyalahgunaan Informasi/Berita Hoax di Media Sosial”, dikutip dari
https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-informasiberita-hoax-di-media-sosial/ diakses pada
hari Rabu tanggal 6 Juni 2018 jam 14.26 WIB.
4

opini yang negatif. Opini negatif, fitnah, penyebar kebencian yang diterima dan

menyerang pihak ataupun membuat orang menjadi takut, merasa terancam dan

dapat merugikan pihak yang menerima berita sehingga dapat merusak reputasi

dan menimbulkan kerugian. Akan banyak tentunya kerugian, contoh kecilnya

akan membuat suatu persatuan menjadi pecah belah, karena tujuan penyebaran

hoax itu tidak lain adalah untuk menjatuhkan, atau mencemarkan nama baik

seseorang atau menyebarkan nama baik sebuah kelompok. jadi tidak heran jika

datangnya berita hoax akan menimbulkan kerusakan di tengah-tengah

masyarakat.4

Sikap pemerintah dalam fenomena berita hoax ini dipaparkan dalam

beberapa pasal yang ditimpakan bagi mereka yang melakukan penyebaran

berita hoax antara lain, KUHP, Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE), penyebar berita hoax juga dapat dikenakan pasal

terkait ujaran kebencian dan yang telah diatur dalam KUHP dan UU lain di luar

KUHP.5

Pelanggaran terhadap ketentuan ini dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak 1 Miliyar rupiah untuk

penyiar radio dan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun dan/atau

4
Ibid.
5
Garudanews.id, “Bahayanya Berita Hoax Menurut Perspektif Islam”, dikutip dari
https://garudanews.id/bahayanya-berita-hoax-menurut-perspektif-islam/ diakses pada hari Rabu
tangggal 6 Juni 2018 jam 14.31 WIB.
5

denda paling banyak 10 Miliyar rupiah untuk penyiaran televisi. Adapun

pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dipidana penjara paling lama 2 Tahun

dan/atau denda paling banyak 500 Juta Rupiah untuk penyiaran radio dan

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 Tahun dan/atau denda paling

banyak 5 Miliyar rupiah untuk penyiaran televisi.

Berdasarkan rumusan tindak pidana penyiaran diatas, dapat

diidentifikasi sistem pertanggungjawaban pidana yang ditetapkan oleh pembuat

undang-undang. Adapun sistem pertanggungjawaban pidana dalam undang-

undang penyiaran adalah berdasarkan asas kesalahan. Dalam hal ini undang-

undang penyiaran tidak menetapkan badan hukum sebagai pelaku tindak pidana

penyiaran. Dengan demikian di dalam undang-undang ini tidak dianut sistem

pertanggungjawaban pidana korporasi.6

Fitnah dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai suatu

perkataan bohong yang disebarkan dengan tujuan merugikan orang lain, seperti

pencemaran nama baik, menutupi suatu kesalahan, dan lainnya. 7 Hal senda juga

dikemukakan oleh Abdul Mujid, ia menyatakan bahwasannya fitnah adalah

menyiarkan suatu informasi atau berita tanpa adanya dasar kebenaran yang

hakikatnya bertujuan untuk merugikan orang lain

Menurut Imam Malik dan Imam Hambali, bahkan sekalipun andaikan

seseorang menuduh orang lain dengan iseng belaka, namun hal itu cukup

6
Hanafi Amrani and Mahrus Ali, Sistem Pertanggungjawaban Pidana Perkembangan dan
Penerapan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2015), 91.
7
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 318.
6

sebagai alasan untuk menghukumnya dengan delapan puluh cambukan. Tetapi

menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, si tertuduh harus mengenai

tujuan si penuduh dengan tuduhan yang dibuatnya sebelum memberikan

hukuman kepadanya. Dikatakannya bahwa kalau si penuduh tidak bermaksud

memfitnah wanita tersebut, maka ia hanya dapat dihukum Ta’zir saja.

Oleh karena itu, jika pemfitnah setelah menerima hukuman cambuk

delapan puluh kali, menyesal dan berjanji bahwa dia tak akan melakukan lagi

perbuatan serupa itu dimasa yang akan datang, maka hak sipilnya dalam

memberi kesaksian dapat dipulihkan kembali. Tetapi Imam Abu Hanifah

mengemukakan pertimbangan yang berbeda dan lebih berat bahwa lebih baik

hukuman cambuk delapan puluh kali maupun dicabutnya hak memberi

kesaksian, tidak dapat dibatalkan dengan penyesalan, ia hanya menghapuskan

cacat batin dianggap sebagai seorang “pelanggar yang berdosa”. 8

Maka berdasarkan latar belakang diatas, penyusun tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Penyebaran Berita Hoax (Fitnah) dalam UU

ITE perspektif Hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sanksi terhadap pelaku penyebar berita hoax?

2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap pelaku penyebar berita hoax?

8
Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Melton Putra, 1992), 48.
7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dibahas, peneliti

mengambil tujuan penelitian bahwa:

a. Untuk mengetahui pentingnya melindungi seseorang dari bahayanya berita

hoax.

b. Untuk mengetahui sanksi bagi penyebar hoax dan pengaruh berita hoax

terhadap masyarakat.

c. Sebagai pengetahuan bagi kita semua khususnya dibidang hukum agar

mengetahui dan menambah wawasan ilmu mengenai bahayanya berita

hoax.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

bagi diri penulis khususnya pengetahuan pengaruh berita hoax dimedia

bagi pengguna media sosial.

b. Bagi pengguna media sosial terkhususnya masyarakat, dengan mengetahui

pengaruh dan bahayanya berita hoax terhadap prilaku pengguna media

sosial ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik untuk lebih bijak dalam menyaring berita di

media sosial.
8

c. Bagi pemerintah, dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik diharapkan dapat lebih

memahami dan melaksanakan tugasnya dan perannya dengan baik.

D. Sistematika Pembahasan

Agar mempermudah para pembaca, maka akan dibentuk pembahasannya

dalam sebuah bab-bab, yang mana masing-masing mengandung sub bab,

sehingga terlihat lebih teratur dan rapih. Maka sistematikanya sebagai berikut:

Bab I Berisi Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, juga sistematika pembahasan.

Bab II Berisi kajian pustaka, landasan teori/kerangka teori, dan juga

hipotetis. Yang mana disini menulis dari hasil penelitian mengenai Penyebaran

Berita Hoax yang akan menjadi pembahasan di bab selanjutnya.

Bab III Di bab ini membahas metode penelitian, dimana penulis

mengambil jenis penelitian normatif/discourse/pemikiran. Penelitian ini diambil

dari berbagai referensi yang bersangkutan dengan penyebaran berita hoax.

Bab IV Berisi hasil penelitian dan pembahasannya. Dimana akan

dijelaskan pengertian berita hoax menurut hukum islam dan hukum positif, lalu
9

tentang pentingnya perlingdungan korban berita hoax atau bahayanya berita

hoax, undang-undang yang terkait dengan penyebaran berita hoax, dll.

Bab V Bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan

saran dari hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai