Gambar 49: Dua tipe perahu Sulawesi Selatan dengan kombinasi layar tanja dan fore-and-aft
(Matthes 1959b: Plate 16 Fig. 1 dan 4).
Gambar 50: Perahu-perahu pinisi di pelabuhan Makassar, c.1915 (Koleksi KITLV).
Gambar 51, kiri: Schooner-ketch
Eropa Utara; kanan: Perahu pinisi
c. 1930. Panah kuning menandai
arah membuka layar utamanya.
. m
x . =
. m
Gambar 52: Perahu pinisi di Tonrang, Sulawesi Selatan, 1937 (foto Koleksi KITLV 3807).
Gambar 53: Pola rancang
bangun tatta tallu. Atas:
pandangan perspektif susunan
papan; bawah: Pembentukan
kurva lambung.
--
++
+
+
Titik tambugu
diganti dengan
ujung papan
pada urat
sebelumnya
Tambugu ke arah
belakang diperpanjang
sedikit demi sedikit
possiq
+
roang
tambugu
Gambar 54: ‘Meninggikan’ lambung dasar menjadi palari pinisi; kuning
transparan: papan tambahan; bundaran merah: ‘Tingkatan’ haluan dan
‘geladak buritan’. Foto-foto Koleksi KITLV 438.86653 dan 151495.
Gambar 55: Perahu pakur. Atas: Tahun 1920-an (Koleksi NMVW, 10010683); di belakangnya
terlihat, antara lain, dua perahu palari pinsi dan satu palari jengki (‘pinisi satu tiang’); bawah: 1938
(Nooteboom 1940: Gmbr. 7).
Arah Angin
bau: bom layar
atas
peloang: bom
layar bawah
mantel: tali
penahan bom
layar
tambera di olona:
laberang haluan
tambera di buiqna:
laberang buritan
peloang:
bom layar
baratang
palatto:
katir
palatto
baratang: cadik
Gambar 56: Tipe perahu sandeq (kiri) dan pakur (kanan). Di atas terlihat cara mengarahkan layar bila
angin bertiup dari arah buritan: Baratang buritan perahu sandeq dipasang di tengah lambung supaya
bom layar tak terhalangi oleh laberang tiang; baratang buritan pakur bisa berada di buritan lambung
sebab layar tanja yang digunakannya dipasang tanpa memakai laberang.
INDONESIA/
MALAYSIA
katir
KONJO
MAKASSAR
BUGIS
MANDAR
BAJAU (SulSel)
Sulawesi Selatan
somang
somang
ati
palatto
katir
WANCI
CIA-CIA
SIOMPU
BINONGKO
BAJAU (Buton)
Buton
barata ?
polanto
polanto
londe
katir
cadik
baratang
baratang
baratang
baratang
baratang
barata
darangka
katiwa
jarangka
Jawa
JAWA
MADURA
TERNATE
BACAN
GALELA
TOBELO
TALIABU
AMBON (MAL)
katir
blanjungan ?
pelejungan
INDONESIA/
MALAYSIA
katir
cadik
Melanesia, Bahasa-Bahasa Austronesia
Kep. Bismarck
saman, sam
lamtu, buru
VAEAKAU-TAUMAKO
ama
kiato
Mota
sama
iwatia
VAO
nasam
newu
Kaledonia Baru
adiai?
poualame
Ralik-Ratak
Lamotrek
Truk
Mikronesia
gubak
tam
tam
abid
kio, gio
kio
HAWAII
TAHITI
COOK ISL.
SAMOA
TONGA
Polinesia
ama, akea
ama
ama
ama
hama, katea
iako
iato
kiato
‘iaito
kiato, kaso
Indonesia Timur
sama
nadyu-nadyu ?
somang
bairungan
suma
sesa
hama
jaduku
somang
farotang
semang
Tabel 1: Kata ‘katir’ (kuning) dan ‘cadik’ (oranye) dalam beberapa BAHASA dan Wilayah; bdg. Liebner 1993: 31; 1994: App. 4.2.1 A:6; 2005: 63; Haddon and
Hormell 1975 [1936-8]: passim.
KONJO
MAKASSAR
BUGIS
MANDAR
BAJAU
Poso, Sulawesi Tengah
Rawas, Sumatera
Palembang
GAYO
MELAYU
BACAN
Pilipina, abad ke-17
tambugu
tambuku
tampuku
tambuku
timbuku
tombuku
tamuku
timukul
tembuku
tembuku
tambuku
tamboko
Tabel 2: Penamaan ‘tual-tual’ pada sisi dalam sampan / papan pada beberapa BAHASA dan Wilayah; cf., e.g.,
Horridge 1979: 49f; Liebner 1992: 117f, 1993: 29; 2014a: 230; Nooteboom 1932: passim.
perahu berbalik arah
berlayar ke arah angin
berputar ke arah angin
ke / di arah angin ?
beropal-opal
berlayar dengan ang. samping
sebelah angin pada layar
sebelah lepas arah angin
hanyut dengan angin
ROTUMA
fakasua
liu
sua
mua
TUAMOTU
(pa)hiki
TAHITI
tatai
opa, aupiipii ?
KEP. MARSHALL
je wōd
kipeddikdik
bwābwe
opae
ar lae
u
pae, taanini
KEP. MARSHALL: Perahu bercadik tunggal, shunting
berlayar dengan layar di sebelah selatan dan cadik di sebelah utara
tō eañ
… dengan adik di se elah selatan
tō rak
… ke arah angin dengan eropal-opal
jeje
… dengan angin dari elakang
kabbwe
… dengan angin dari kiri
jabdik
… dengan angin dari kanan
jabḷap
balik haluan keluar dari arah angin
kabbwe
balik haluan ke arah angin
je wōd
melepaskan layar dan tiang pada saat balik haluan
erā
pindahkan layar dari ujung ke ujung perahu pada saat balik haluan
diak
posisi pas untuk balik haluan ke pulau dekat
jejeraak
Tabel 3: Beberapa istilah yang berhubungan dengan berlayar dalam tiga BAHASA Polinesia dan satu
BAHASA Mikronesia. Rotuma: <https://www.rotuma.net/searchwords.php>; Tuamotu: Stimson dan
Marshall 2013; Tahiti: Davies 1851; Kepulauan Marshall: <https://www.trussel2.com/mod/Finder2T.htm>.
Jarak Berlayar+
Knaap 1996: Jawa Utara 1774-77
Antar
Pulau, jauh
Internasional
32
Tipe perahu asal Eropa, dibuat di galangan di Asia (Jawa:
Rembang dan Juwana); dua tiang, layar andang-andang,
bergeladak, kemudi tengah
“Muat beberapa ratus ton dengan sampai 200 orang
awaknya” –atau– 400-600 ton (metrik?), kru 60 orang
X
X
X
Chialoup
40
55-75
20
Tipe perahu asal Eropa, dibuat di galangan di Asia (Jawa:
Rembang dan Juwana); satu-dua tiang, layar andangandang dan fore-and-aft, bergeladak, kemudi tengah
Daya muat 30-100 last, kru rata-rata 30-40 orang; lebih
sering digunakan oleh pedagang Eropa yang tinggal di
Asia dan saudagar Cina; berdagang sampai “Java, Burma,
Thailand and Cambodia”
X
X
X
Gonting
12
40-60
10
X
X
x
Jukong
<4
c.30
4
X
X
x
X
X
Tipe perahu kecil lokal, digunakan untuk pelayaran
sungai dan pantai; lebih sering dimiliki pedagang Cina
“Perahu perang ringan asal Aceh”, sering digunakan
untuk berdagang oleh orang Aceh dan Melayu;
kebanyakan berasal dari pantai timur Aceh
Baluk
Banting
‘Tipe mayang besar, tetapi tanpa haluan dan buritan yang
melengkung ke atas’, satu tiang, layar tanjaq, tidak
bergeladak
Perahu bercadik, satu layar jenis lete; ‘perahu serbaguna
kecil’, tidak bergeladak
Kakap
4
30-40
6
Paduwakang
6
40-50
15 ++
Paduwang
<4
c.30
4
Pencalang
9
40-60
9
‘Tipe paling umum’, berasal dari perahu perikanan; satu
tiang, layar tanjaq, tanpa cadik, tidak bergeladak
Berasal dari / dimiliki oleh pedagang Sulawesi; dua-tiga
tiang, layar tanjaq, bergeladak
Perahu bercadik asal Madura, dua layar (lete dan layar
kecil pada anjong), tidak bergeladak; perahu muatan
Tipe perahu asal Malaya yang ‘ditiru tukang perahu
Jawa’; satu tiang, layar tanjaq, bergeladak
Penjajab
Perahu
Wangkang
4
c.30
5
100
c.100
c.80
X
X
X
X
Kru 10-15 orang, tendensi milik orang non-Melayu
X
Kru 7-20 orang; tipe lokal Malaya
Mayang
Sampan
Lee 1986: Malaka 1761 dan 1782
Antar
Pulau,
dekat
70100
Catatan
Lokal
92
Panjang
(feet)**
Antar
Pulau,
sedang
Kru (#org)
Daya Muat
(last)*
Brigantijn /
Bark
Tipe Perahu
Perahu ‘Bugis’; tak disebut dalam daftar tahun 1761,
tetapi tercatat pada tahun 1782
X
X
Kru 7-20 orang; tipe lokal Malaya
X
X
Kru 7-20 orang; tipe lokal Malaya
Kru 2-3 orang; berukuran kecil
X
X
X
X
X
Satu tiang, tanpa cadik, paling sering disebut di
pelabuhan-pelabuhan Java Timur; “jukong tanpa cadik”
Berasal dari / dimiliki oleh orang Cina; dua-tiga tiang,
layar junk, kemudi tengah Cina, bergeladak
X
X
X
x
x
X
Tabel 4: Beberapa tipe perahu yang disebut dalam daftar-daftar syahbandar VOC pada pertengahan kedua abad ke-18.
*
**
+
1=4000lbs / 32 pikul / 1.81 metric tons
1=0.305m
Diperkirakan atas jarak berlayar dari pelabuhan / daerah asalnya; ‘lokal’: di antara pelabuhan yang berdekatan; ‘dekat’: <200nm;
‘sedang’: 200-1000nm; ‘jauh’: >1000 nm; tanda x menandai bahwa kadang-kadang tipe perahu itu juga terdapat pada daerah-daerah di luar jarak tempuh ‘biasa’.
++ Menurut Knaap (1996:36) angka ini seharusnya diragukan karena berbeda jauh dengan angka perbandingan daya muat / jumlah awak pada tipe-tipe perahu lain; ‘bagaimana pun, gambaran yang sama
terdapat dalam catatan administrasi pelabuhan Makassar tahun 1774-77’.
Tabel 5: Catatan syahbandar Jawa Utara akan kebangsaan nakhoda berbagai jenis perahu dan kapal, 1774-77;
Knaap 1996: 66
Tabel 6: Penjumlahan kedatangan (‘Aankomst’) / keberangkatan (‘Vertrokken’) kapal dan perahu angkutan
antar-pulau di / dari Jawa dan Madura tahun 1825-1854 (de Kops Bruijn 1857-1869: I 472, II 555).
‘Europeesch getuigd – ‘berjenis layar Eropa’; ‘Inlandsch getuigd’ – ‘berjenis layar Primbumi’
.
Tabel 7: Ekserp dari ‘Daftar Kapal dan Kendaraan Laut yang Berasal dari Hindia-Belanda’ tahun 1816 (kiri) dan 1820 (kanan; Almanak … 1817, 1821).
Tabel 8: Daftar kapal dan perahu dalam Almanak untuk tahun 1857 (atas kiri) dan 1861 (atas kanan
s/d bawah kanan), bagian Sumatera Barat dan Bengkulu.
Tabel 9: Sebutan pertama ‘pinisch’ dalam Almanak … 1864: 423; https://digital.staatsbibliothekberlin.de/werkansicht?PPN=PPN749780649&PHYSID=PHYS_0529&DMDID=DMDLOG_0001.
Tabel 10: Berbagai
sebutan perahu tipe
pe/inis dalam Almanak
tahun 1871.