BAB II
PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DAN DAMPAKNYA
TERHADAP LINGKUNGAN
2.1 Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan berbeda yang bersifat fisis,
mekanis, dan kimia. Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat
kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau
dicetak pada suhu tinggi (Asih Nuryani, 2010, h.5). Sejak ditemukan
oleh seorang peneliti dari Amerika Serikat pada tahun 1968 yang
bernama John Wesley Hyatt, plastik menjadi primadona bagi dunia
industri. Kemudahan dan keistimewaan plastik telah menggantikan
bahan seperti logam dan kayu dalam membantu kehidupan manusia.
2.1.1 Bahan dan Kandungan yang Terdapat dalam Plastik
Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material
alami sampai ke material kimia dan akhirnya ke molekul buatan
manusia seperti polyethylene. Plastik yang umum terdiri dari
polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, klorin atau
belerang (Feri Kusnandar, 2010, h.23). Untuk membuat plastik
dibutuhkan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon
ditebang, karena kantong plastik terbuat dari penyulingan gas
dan minyak yang disebut ethylene.
6
2.1.2 Jenis Plastik
Menurut Ulli Hermono (2009), secara garis besar plastik
dapat digolongkan menjadi dua jenis, yakni plastik yang bersifat
thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Tetapi, plastik yang
paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
bentuk thermoplastic.
1. Thermoplastic
Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang atau dicetak
lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE),
polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC).
2. Thermoset
Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang atau
dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan
molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin
melamin, urea-formaldehida.
Data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
menyebutkan, untuk memudahkan proses daur ulang maka
plastik dibagi kembali menjadi beberapa jenis dengan
diberikan nomor pada tiap-tiap jenis plastiknya.
7
PET — Polyethylene Terephthalate, tertera logo daur
ulang dengan angka 1. Digunakan untuk botol plastik yang
jernih atau transparan seperti botol air mineral.
Gambar 2.2
Contoh plastik yang berbahan PET
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
HDPE — High Density Polyethylene, tertera logo daur
ulang dengan angka 2. Dipakai untuk kemasan sampo,
kosmetik, bedak dan lain-lain.
Gambar 2.3
Contoh plastik yang berbahan HDPE
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
8
V — Polyvinyl Chloride, tertera logo daur ulang dengan
angka
3.
Plastik
ini bisa ditemukan pada
plastik
pembungkus (cling wrap).
Gambar 2.4
Contoh plastik yang berbahan V
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
LDPE — Low Density Polyethylene, tertera logo daur
ulang dengan angka 4, digunakan untuk plastik kemasan.
Kantong plastik merupakan jenis plastik yang termasuk
LDPE.
Gambar 2.5
Contoh plastik yang berbahan LDPE
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
9
PP — Polypropylene, tertera logo daur ulang dengan
angka 5, merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik,
Digunakan untuk botol bayi.
Gambar 2.6
Contoh plastik yang berbahan PP
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
PS — Polystyrene, tertera logo daur ulang dengan angka
6, biasa dipakai sebagai bahan Styrofoam.
Gambar 2.7
Contoh plastik yang berbahan PS
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
10
OTHER, tertera logo daur ulang dengan angka 7, yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah SAN (styrene
acrylonitrile), digunakan untuk sikat gigi. ABS (acrylonitrile
butadiene styrene), digunakan sebagai pipa, dan PC
(polycarbonate), digunakan untuk galon.
Gambar 2.8
Contoh plastik yang berbahan OTHER
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
2.2 Kantong Plastik
Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis
plastik LDPE (Low Density Polyethylene) dan termasuk ke dalam kode
daur ulang nomor 4. Sifat LDPE ini kuat, tembus cahaya, fleksibel dan
daya proteksi terhadap uap air tergolong baik. LDPE dapat didaur ulang
tetapi sulit dihancurkan alami oleh alam sehingga dalam jangka
panjang dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan.
11
Gambar 2.9
Kantong plastik
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang
disebut ethylene. Kantong plastik yang beredar di masyarakat memiliki
berbagai ukuran dari mulai 15 cm, 17 cm, 24 cm, 28 cm, 40 cm hingga
50 cm dengan ketebalan 0,01 mm dan 0,03 mm. Kantong plastik pun
memiliki berbagai warna yaitu hitam, putih, biru, merah, kuning, merah
putih dan hitam putih.
Gambar 2.10
Berbagai macam ukuran dan warna kantong plastik
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Pada umumnya semua kantong plastik berbahaya bagi lingkungan,
tetapi kantong plastik berwarna memiliki ketebalan yang lebih tipis
dibandingkan kantong plastik berwarna hitam. Sehingga, kantong
12
plastik berwarna lebih memungkinkan untuk hancur dengan cepat
dibandingkan kantong plastik hitam. Tetapi, dalam kehidupan seharihari kantong plastik yang sangat sering digunakan oleh masyarakat
adalah kantong plastik hitam karena lebih kuat, ini disebabkan karena
kandungan zat kimia dan pewarna yang terdapat pada kantong plastik
hitam lebih banyak dibandingkan kantong plastik berwarna, sehingga
kantong plastik hitam tidak mudah robek dan sangat berbau plastik.
Karena kantong plastik yang paling sering digunakan adalah
kantong keresek hitam, maka kantong plastik yang paling banyak
menumpuk di tempat sampah adalah kantong plastik jenis ini. Kantong
plastik hitam dapat mencemari lingkungan karena kandungan zat kimia
yang terdapat pada kantong plastik ini dapat diserap oleh lingkungan.
2.3 Penggunaan Kantong Plastik di Masyarakat
Kantong plastik sangat membantu masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari terutama bagi ibu rumah tangga yang setiap harinya
berbelanja baik itu ke pasar tradisional, supermarket, warung atau kioskios kecil. Tetapi kepraktisan dan kemudahan kantong plastik membuat
ibu rumah tangga sangat bergantung pada keberadaannya, bahkan jika
berbelanja 1 – 2 barang pun masih menggunakan kantong plastik.
13
Gambar 2.11
Penggunaan kantong plastik di masyarakat
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Kantong plastik yang telah digunakan, jika masih bersih sebagian
besar disimpan untuk digunakan sebagai tempat sampah atau
digunakan kembali dan jika kotor atau rusak biasanya langsung
dibuang. Karena setiap hari rumah tangga menghasilkan sampah,
maka setiap hari pula kantong plastik digunakan untuk tempat sampah
di rumah dan akhirnya dibuang ke tempat penampungan sementara
(TPS), setelah dibuang ke TPS masyarakat seolah lepas tangan atau
tidak perduli dengan apa yang terjadi pada sampah-sampah tersebut.
Gambar 2.12
Kantong plastik yang dijadikan tempat sampah
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
14
Untuk mengidentifikasi penggunaan kantong plastik di masyarakat
maka penulis melakukan pencarian data dengan menyebarkan
kuesioner pada 100 orang ibu rumah tangga yang tinggal di kota
Bandung dengan pertanyaan sebagai berikut:
Kategori tingkat penggunaan kantong plastik
1. Apakah anda sering menggunakan kantong plastik dalam
kehidupan sehari-hari?
2. Apakah
anda
membawa
kantong
belanja
sendiri
ketika
kantong
plastik
ketika
berbelanja?
3. Apakah
anda
sering
menerima
berbelanja?
4. Seberapa seringkah anda menolak menerima kantong plastik
ketika berbelanja?
5. Apakah anda sering menggunakan kantong plastik meskipun
hanya
berbelanja
sedikit
padahal
belanjaan
tersebut
memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam tas atau dibawa
tanpa kantong plastik?
6. Seberapa sering anda berusaha untuk mengurangi penggunaan
kantong plastik?
7. Saat tidak membawa kantong belanja sendiri, seringkah anda
beralasan lebih praktis bila tidak membawa kantong belanja
sendiri?
8. Saat tidak membawa kantong belanja sendiri, seringkah anda
beralasan lupa untuk membawa kantong belanja sendiri?
15
9. Saat tidak membawa kantong belanja sendiri, seringkah anda
beralasan malas untuk membawa kantong belanja sendiri?
10. Saat tidak membawa kantong belanja sendiri, seringkah anda
beralasan buru-buru sehingga tidak membawa kantong belanja
sendiri?
Kategori pengelolaan kantong plastik
1. Setelah dipakai seberapa sering anda menyimpan kantong
plastik?
2. Setelah dipakai seberapa sering anda membuang langsung
kantong plastik?
3. Setelah dipakai, seberapa sering membakar kantong plastik?
4. Apakah anda sering menggunakan kantong plastik yang telah
disimpan untuk dipakai kembali?
5. Apakah anda sering menggunakan kantong plastik yang telah
disimpan untuk tempat sampah?
Kategori kantong plastik dan lingkungan
1. Seberapa seringkah anda melihat sampah plastik di lingkungan
sekitar rumah anda?
2. Apakah anda sering menyadari dampak buruk sampah plastik
terhadap lingkungan?
3. Seberapa
seringkah
anda
berupaya
untuk
melestarikan
lingkungan?
4. Apakah anda sering membersihkan lingkungan sekitar rumah
anda dari sampah plastik?
16
Maka diperoleh kesimpulan hasil kuesioner yang telah dibuat ke
dalam bentuk grafik sebagai berikut:
75% dari responden sangat sering menggunakan kantong plastik
dalam kehidupan sehari-hari.
Grafik 2.1
Hanya 12% dari responden yang sangat sering membawa kantong
belanja sendiri ketika berbelanja.
Grafik 2.2
17
75% dari responden sering menerima kantong plastik ketika
berbelanja, 25% dari responden yang telah berusaha menolak diberi
kantong plastik ketika berbelanja.
Grafik 2.3
66% diantara responden beralasan lebih praktis bila tidak membawa
kantong belanja sendiri, sementara 10% beralasan lupa, 16%
beralasan malas untuk membawa kantong belanja sendiri. Dan 8%
yang beralasan tergesa-gesa.
Grafik 2.4
18
78% responden sangat sering menyimpan kantong plastik setelah
digunakan. Sementara yang sangat sering membuang langsung
kantong plastik hanya 22%.
Grafik 2.5
Kantong plastik yang telah disimpan, sangat sering digunakan kembali
oleh 40% responden. Dan sebanyak 60% responden menggunakan
kembali kantong plastik ini untuk dijadikan tempat sampah.
Grafik 2.6
19
Hanya 26% saja yang sudah menyadari dampak buruk sampah plastik
bagi lingkungan.
Grafik 2.7
2.4 Sampah Plastik
Berbagai macam barang atau produk berbahan plastik berada di
sekeliling kehidupan manusia, kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa
terlepas dari barang-barang yang berbahan plastik, maka tentu saja hal
ini berdampak pada semakin meningkatnya jumlah sampah plastik
yang dihasilkan manusia setiap harinya.
Gambar 2.13
Tumpukan sampah di Jl. Raya Banjaran
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
20
2.4.1 Jenis Sampah Plastik
Setiap jenis barang atau produk yang berbahan plastik,
setelah dimanfaatkan oleh manusia pada akhirnya akan
terbuang dan menjadi sampah (Wied Harry, 2010, h.5). Berbagai
jenis sampah plastik seperti sampo, pembungkus detergent,
sikat gigi, botol susu, tempat makan, pembungkus kopi,
pembungkus sabun cuci piring, permen, makanan ringan, botol
air minum, galon air, kantong plastik, bahkan televisi dan
komputer telah memenuhi sebagian besar tempat sampah.
Namun sebagian besar sampah plastik seperti botol sampo,
sikat gigi atau botol air minum, dapat dikumpulkan kembali oleh
pemulung untuk dijual atau dimanfaatkan kembali. Sementara
untuk pembungkus kopi, detergent, atau pewangi pakaian oleh
sebagian masyarakat didaur ulang kembali menjadi barangbarang yang bernilai jual seperti tas, dompet dan aksesoris lain.
Gambar 2.14
Contoh sampah plastik yang telah didaur ulang
(Sumber: Buku inspirasi dari limbah plastik)
21
Untuk sampah-sampah berbahan plastik lain seperti botol
susu, tempat makan, komputer atau televisi merupakan sampahsampah yang dibuang secara berkala, sampah-sampah seperti
ini umumnya dibuang ketika sudah tidak terpakai atau rusak dan
sebagian dari barang-barang tersebut dapat didaur ulang atau
dipergunakan kembali untuk keperluan lain.
Maka yang tersisa adalah sampah kantong plastik, sampah
kantong plastik ini tidak diambil oleh pemulung karena tidak
memiliki nilai jual meskipun dapat didaur ulang. Sehingga,
sampah kantong plastik ini lebih banyak menumpuk di tempat
sampah dan akhirnya dapat membahayakan lingkungan dan bila
lingkungan sudah tidak sehat, maka hal ini akan berimbas pula
pada makhluk hidup di lingkungan tersebut.
2.4.2 Bahaya Sampah Kantong Plastik Terhadap Lingkungan
Menurut Kuncoro Sejati (2009), sampah kantong plastik
merupakan limbah yang membahayakan lingkungan karena
materialnya sulit diurai oleh alam. Dibutuhkan waktu 80 sampai
200 tahun agar sampah kantong plastik terurai secara alami.
Sementara, sampah kantong plastik yang dihasilkan oleh
manusia setiap harinya mencapai 26.500 ton per hari dari ratarata masyarakat Indonesia yang berjumlah 220 juta jiwa.
22
Gambar 2.15
Tumpukan sampah di Jl. Ganesha
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jika sampah kantong plastik dibuang atau dibiarkan di tanah,
maka kantong plastik tersebut lambat laun akan mengganggu
kesuburan tanah karena zat kimia yang terkandung didalam
kantong plastik dapat merusak tanah. Selain itu kantong plastik
tersebut tidak akan hancur didalam tanah hingga jangka waktu
80 – 200 tahun sehingga dapat mengganggu penyerapan air dan
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Gambar 2.16
Tumpukan sampah di jembatan Dayeuhkolot kab. Bandung
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
23
Jika sampah kantong plastik dibakar, akan menghasilkan
asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu antara lain
memicu
penyakit
kanker,
hepatitis,
pembengkakan
hati,
gangguan sistem saraf dan memicu depresi. Asap dari hasil
pembakaran sampah-sampah itu pun akan menambah kadar
gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan global warming.
Gambar 2.17
Tumpukan sampah di jembatan Dayeuhkolot kab. Bandung
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Jika sampah kantong plastik dibuang atau dibiarkan di
sungai,
maka
akan
menyebabkan
pendangkalan
sungai,
mengotori sungai, merusak habitat makhluk hidup di sungai
tersebut dan menyumbat aliran air, yang akhirnya dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya banjir.
24
2.5 Kampanye
Menurut Rogers dan Storey (1987) dalam buku Manajemen
Kampanye yang ditulis oleh Antar Venus, mendefinisikan kampanye
sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan
tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan
menurut Pfau dan Parrot (1993) masih dalam buku yang sama,
kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap
dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu
dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.
Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan secara
terlembaga,
penyelenggara
kampanye
bukanlah
individu
tetapi
lembaga atau organisasi, lembaga tersebut dapat berasal dari
pemerintah, swasta atau lembaga swadaya masyarakat (LSM). Setiap
aktivitas kampanye setidaknya harus memiliki empat hal yaitu, tindakan
kampanye ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu,
jumlah khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu
tertentu,
dan
melalui
serangkaian
tindakan
komunikasi
yang
terorganisasi.
25
2.5.1 Jenis Kampanye
Charles U Larson (1992) dalam buku Manajemen Kampanye
yang ditulis oleh Antar Venus, membagi jenis kampanye ke
dalam tiga kategori, yaitu:
Product-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi
pada produk yang umumnya terjadi di lingkungan bisnis. Istilah
lain yang biasa digunakan yaitu commercial campaigns,
motivasi yang mendasari kampanye ini adalah memperoleh
keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan
memperkenalkan
produk dan melipatgandakan
penjualan
sehingga memperoleh keuntungan yang diharapkan. Contoh:
kampanye rokok atau kampanye Telkom Flexi.
Candidate-oriented
campaigns
atau
kampanye
yang
berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat
untuk meraih kekuasaan politik, kampanye ini disebut pula
political campaigns. Tujuannya antara lain untuk memenangkan
dukungan
masyarakat
terhadap
kandidat-kandidat
yang
diajukan partai politik. Contoh: Kampanye pemilu.
Ideologically or cause oriented campaigns adalah jenis
kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat
khusus dan berdimensi pada perubahan sosial. Kampanye ini
disebut pula social change campaigns, yaitu kampanye yang
ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui
26
perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Contoh:
Kampanye konversi minyak tanah ke gas.
2.5.2 Model Kampanye
Model yang sangat sering digunakan sampai saat ini adalah
model komponensial kampanye. Dalam model ini terdapat unsurunsur yang harus dilihat sebagai satu kesatuan, diantaranya,
sumber kampanye, saluran, penerima kampanye, efek dan
umpan balik.
2.5.3 Landasan Kampanye
Menurut Klingeman dan Romelle (2002), dalam buku
Manajemen Kampanye, berdasarkan cara kampanye dilakukan,
kampanye dibagi menjadi dua yaitu:
Kampanye informatif, kampanye ini dilakukan secara satu arah,
pesan-pesan kampanye hanya terjadi satu arah kepada
penerima, tidak terjadi dialog antara pelaku dan penerima
kampanye.
Kampanye komunikatif, kampanye ini berbanding terbalik dari
kampanye informatif, pada kampanye ini pelaku kampanye
sepenuhnya mengandalkan media massa untuk menyalurkan
pesan-pesannya.
27
Sedangkan berdasarkan pada tujuan kampanye, kampanye
dibagi menjadi dua, yaitu:
Kampanye informatif, bertujuan untuk memberikan informasi,
melakukan perubahan, menggugah kesadaran masyarakat
mengenai isu tertentu.
Kampanye
persuasif,
bertujuan
untuk
mengajak
dan
menganjurkan perubahan pada kebiasaan dan pemikiran.
Titik tolak suatu kampanye adalah persuasi, terdapat empat
kelebihan yang dimiliki oleh kampanye persuasi, diantaranya:
Kampanye berupaya menciptakan tempat tertentu dalam
pikiran khalayak.
Kampanye berlangsung dalam berbagai tahap, mulai dari
menarik perhatian, mempersiapkan khalayak untuk bertindak,
hingga akhirnya mengajak untuk melakukan tindakan nyata.
Kampanye melebih-lebihkan gagasan yang disampaikan.
Kampanye
menggunakan
kekuatan
media
untuk
mempengaruhi khalayak.
28
2.5.4 Saluran Kampanye
Klingemann dan Rommele (2002) dalam buku Manajemen
Kampanye menyebutkan saluran kampanye sebagai segala
bentuk media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak.
Dalam kampanye komunikasi, media massa cenderung
ditempatkan sebagai saluran komunikasi utama karena media ini
dapat meraih massa dalam jumlah besar. Selain itu, media
massa juga memiliki kemampuan untuk mempersuasi khalayak.
Terdapat tahapan untuk melakukan kampanye komunikasi
melalui suatu media yaitu memberitahu, menginformasikan,
mengajak dan mengingatkan.
2.6 Penyelesaian Masalah
Beberapa lembaga pecinta lingkungan seperti Green Peace dan
Aku Ingin Hijau, di situs mereka sendiri telah sering membahas dampak
buruk sampah kantong plastik terhadap lingkungan bahkan telah
memberikan solusi yang digagas oleh mereka sendiri. Diantaranya
Bring Your Own Bag yaitu menghimbau kepada masyarakat agar
membawa tas sendiri ketika berbelanja yang dapat dipakai berulang
kali. Tetapi hal ini tidak efektif karena hanya dikampanyekan di situs
mereka sendiri, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang
membaca. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) pun bekerja
29
sama dengan HMTL-ITB telah mengkampanyekan anti plastic bag di
kota Bandung pada tahun 2010.
Gambar 2.18
Situs kampanye anti kantong plastik oleh HMTL ITB dan WALHI
(Sumber: HMTL-ITB)
Kampanye yang dilakukan oleh lembaga lingkungan hidup belum
efektif, sehingga penggunaan kantong plastik di kalangan masyarakat
terutama ibu rumah tangga masih sangat tinggi. Kampanye yang
dilakukan oleh beberapa lembaga lingkungan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya memang sangat baik dan telah menyediakan
beberapa solusi yang ditawarkan tetapi kampanye tersebut hanya
dilakukan di situs-situs mereka sendiri atau di situs-situs yang
berhubungan dengan lingkungan hidup, sementara saat ini yang paling
banyak menggunakan kantong plastik adalah ibu rumah tangga, maka
sangat kecil kemungkinan untuk dibaca oleh ibu rumah tangga. Seperti
dikutip dari simpuldemokrasi.com, 12 Nopember 2010, menurut Zaerina
sebagai ibu rumah tangga mengakui bahwa internet tidak begitu
populer di kalangan ibu rumah tangga apalagi bagi ibu rumah tangga
kalangan menengah ke bawah karena tidak memiliki kesempatan untuk
30
mempelajarinya, ibu rumah tangga pada kalangan ini sangat jarang
bahkan tidak pernah membaca artikel atau melakukan searching di
internet kecuali ibu rumah tangga yang memang membutuhkan internet
sebagai fasilitas kerja atau untuk bisnis.
Selain itu, poster kampanye yang dibuat sulit dimengerti oleh orang
awam, objek yang dibuat tidak menyerupai kantong plastik yang umum
digunakan karena warnanya putih padahal kantong plastik yang paling
sering digunakan oleh ibu rumah tangga adalah kantong plastik hitam.
Kampanye tersebut pun tidak terdengar lagi saat ini sehingga
masyarakat yang sudah mengetahui dan awalnya mencoba menjadi
kembali lagi pada kebiasaan semula.
Berdasarkan kepada data yang telah didapatkan, maka diperlukan
suatu solusi yang tepat
agar
ibu
rumah tangga
mengurangi
penggunaan kantong plastik, salah satunya dengan melakukan
kampanye untuk mengajak masyarakat terutama ibu rumah tangga
untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dengan upaya yang
dapat dilakukan diantaranya memakai ulang kantong plastik dengan
cara menyimpan kantong plastik yang telah digunakan, membawa
kantong plastik sendiri ketika berbelanja, menghindari menggunakan
kantong plastik jika memang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan
dan dapat digantikan dengan cara lain atau jika hanya membeli sedikit
dan memungkinkan untuk dibawa tanpa menggunakan kantong plastik.
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah membawa tas sendiri yang
31
dapat dipakai berulang kali ketika berbelanja sehingga tidak perlu
memakai atau meminta kantong plastik.
2.6.1 Segmentasi
Segmentasi dipilih berdasarkan pengamatan dan data
bahwa yang lebih sering memakai kantong plastik adalah ibu
rumah tangga.
Demografis
Informasi ini ditujukan bagi target audiens yang berjenis
kelamin perempuan berusia 25 – 50 tahun, bekerja sehari-hari
sebagai ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan
mulai dari SMP – S1, berstatus menikah dengan penghasilan
rata-rata keluarga 1 – 3 juta rupiah per bulan dan termasuk ke
dalam kelas sosial dari kelas menengah bawah sampai kelas
bawah.
Geografis
Informasi ini ditujukan bagi ibu rumah tangga yang tinggal di
kota Bandung dikarenakan Bandung adalah salah satu kota
besar yang mempunyai penduduk yang banyak dan memiliki
banyak pusat perbelanjaan yang tersebar di banyak tempat
sehingga berpotensi menjadi salah satu tempat penyebaran
terbesar kantong plastik.
32
Psikografis
Pada umumnya masyarakat menengah hingga menengah ke
bawah mempergunakan waktunya untuk bekerja, berdagang
atau mengurus rumah tangga, sehari-hari biasa berbelanja di
pasar tradisional, supermarket, minimarket, warung, atau kioskios kecil sehingga berpotensi mengkonsumsi kantong plastik
paling banyak setiap harinya, memiliki tingkat ekonomi dan
pendidikan yang pas-pasan, menyukai hal yang instan dan
bersifat praktis, tidak berorientasi pada masa depan dan
cenderung ingin berubah namun sulit melakukan.
33